Saatsaya berbicara tentang salib, saya tidak akan mencoba untuk menggambarkan bagaimana mereka menancapkan paku ke tangan dan kaki Yesus dan tentang rasa sakit dan penderitaan yang dialaminya. Anda bisa m erenungkannya sendiri.Namun perlu diketahui bahwa penderitaan jasmani bukanlah pokok yang utama. Dan jika saya ingin berbicara tentang penderitaan rohani, saya juga tidak bisa
Arti kata fana dapat rusak hilang, mati; tidak kekal dunia ini fana; kefanaan sifat-sifat fana; ketidakkekalan Fis 1 sifat perubahan yang berlangsung selama waktu yang sangat singkat, misalnya gejala fana pada getaran paksa sebuah pegas sesaat setelah kakas pemaksa mulai bekerja, denyut, osilasi Kumpulan pertanyaan TTS untuk jawaban fana - Dapat rusak, hilang, atau mati - sinonim tidak kekal - Tak kekal - Tak kekal, sementara - Tak nyata - Tidak abadi - Tidak kekal - Tidak Kekal 4 Huruf - tidak kekal bisa mati
Mobiltidak bisa hidup sama sekali menjadi salah satu kendala utama yang sering dialami oleh para pemilik kendaraan mobil. Penyebab mobil tidak bisa hidup sama sekaliMobil tidak bisa nyala sama sekali tentu sangat menyakitkan bagi kamu karena kamu sangat mengandalkan kendaraan tersebut untuk berbagai kegiatan. Aki mobil matiAki mobil soak jadi alasan paling umum kenapa mobil tidak bisa hidup.
Death is a boundary situation that all human beings face at the end of their life. Even when Church’s teaching on afterlife has been widely accepted by the faithful, most Christians still find it hard to accept death as part of their life. Some of the faithful tend to avoid or to question the situation and the people accompanying them because of their unreadiness in facing death. Christians are invited to accept and to recognise death as an inevitable fact, but also as a reality that brings hope for resurrection and everlasting life. This article attempts to explore some biblical, philosophical, and theological perspectives that can underline interrelatedness among death, resurrection, and the everlasting life. Christian reflections of death can be illuminating when seen as perfection and fulfilment of humanity, as a transformation process of human’s life, and as the faithful’s journey towards God the Father. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 248KEMATIAN DAN KEHIDUPAN ABADI SEBUAH EKSPLORASI DALAM PERSPEKTIF GEREJA KATOLIKYosep Pranadi Graduate Student of Theology Parahyangan Catholic University Bandung, IndonesiaAbstractDeath is a boundary situation that all human beings face at the end of their life. Even when Church’s teaching on afterlife has been widely accepted by the faithful, most Christians still nd it hard to accept death as part of their life. Some of the faithful tend to avoid or to question the situation and the people accompanying them because of their unreadiness in facing death. Christians are invited to accept and to recognise death as an inevitable fact, but also as a reality that brings hope for resurrection and everlasting life. This article attempts to explore some biblical, philosophical, and theological perspectives that can underline interrelatedness among death, resurrection, and the everlasting life. Christian reections of death can be illuminating when seen as perfection and fullment of humanity, as a transformation process of human’s life, and as the faithful’s journey towards God the Father. Keywordsdeath  eternal life  new future  wholly different  borderline situation  Christian [248-271] 249Melintas Vol. 34, No. 3, 2018IntroduksiKematian merupakan bagian real kehidupan manusia. Kematian adalah juga kenyataan keterbatasan kehidupan manusia, meskipun Kitab Suci memandang kematian sebagai hal yang alami. Misalnya, dikatakan dalam Kitab Mazmur 4911-12, “Sungguh, akan dilihatnya orang-orang yang mempunyai hikmat mati, orang-orang bodoh dan dungu pun binasa bersama-sama dan meninggalkan harta benda mereka untuk orang lain. Kubur mereka ialah rumah mereka untuk selama-lamanya, tempat kediaman mereka turun temurun.” Demikian juga Kitab Yesaya 406-7, “Seluruh umat manusia adalah seperti rumput dan semua semaraknya seperti bunga di padang. Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu apabila Tuhan menghembusnya dengan nafas-Nya”. Kematian adalah tema yang penting untuk tetap dibicarakan. Di satu sisi, kematian dianggap tabu1 oleh masyarakat, namun di sisi lain orang harus menerima kematian sebagai kenyataan. Peristiwa kematian selalu menakutkan dan menyedihkan, khususnya ketika merupakan perpisahan dengan orang terdekat dan terkasih. Blaise Pascal pernah menulis pada Abad ke-17, “Karena tidak berhasil mengatasi kematian, kesengsaraan, ketidaktahuan, umat manusia memutuskan untuk tidak memikirkan kematian agar bisa berbahagia.”2 Mungkin manusia tidak mau memikirkan kematian karena berbagai alasan, tetapi kematian tetap merupakan bagian dari realitas kehidupan yang tidak bisa dihindari. Secara pribadi, seseorang sudah meyakini bahwa dirinya akan mati, namun dalam kenyataan tetap sulit menerima kematian sebagai bagian dari kehidupan, juga selalu ragu-ragu dan tidak siap menghadapi kematian. Sikap percaya dan menerima kematian ternyata tidak selalu sejalan. Adanya tendensi membicarakan kematian sebagai peristiwa yang perlu dihindari dan disingkirkan serta sulitnya menerima kematian sebagai bagian dari hidup adalah problem yang melatarbelakangi tulisan ini. Dalam kristianitas, kematian perlu diterima sebagai bagian dari realitas kehidupan manusia dan sebagai suatu proses menuju kebangkitan dan kehidupan abadi. Meskipun begitu, masih muncul kesulitan pada sebagian umat kristiani untuk menerima kematian sebagai bagian dari hidup. Peristiwa kematian sulit diperdamaikan dengan janji kebangkitan dan keselamatan yang diwartakan dalam Kitab Suci. Kesulitan menerima kematian sebagai 250bagian dari kehidupan dapat membuat umat kristiani menghindari, merasa ragu-ragu, takut, dan tidak siap terhadapnya. Salah satu aspek yang memunculkan sikap-sikap tersebut ialah bahwa kematian itu pasti, tetapi kapan waktunya tidak ada yang tahu. Oleh sebab itu, seruan dalam Kitab Suci mengajak setiap orang untuk berjaga-jaga senantiasa sebab tidak ada yang tahu akan hari maupun saatnya Mat. 2513. Bagi seorang Kristen, karenanya, kematian bukanlah hal yang perlu ditakuti dan bukan pula merupakan akhir kehidupan manusia di dunia. Dalam pandangan kristiani, kematian dimaknai sebagai peristiwa iman,3 sebab tidak berarti bahwa hidup manusia dibinasakan dan dilenyapkan, melainkan diubah atau ditransformasi. Pada saat kematian, seorang beriman mengambil bagian dalam misteri Paskah Kristus, dan pada saat mati, ia bersama dengan Kristus beralih dari dunia fana menuju kehidupan kekal. Kematian sebagai Penyempurnaan KemanusiaanPandangan teologis telah lama memahami bahwa ada kaitan antara peristiwa kematian dengan kedosaan manusia. Dasar biblis dari pemahaman tersebut dapat dilihat pada Kitab Kejadian 216; 319 dan Roma 512. Kitab Suci memahami bahwa kematian terjadi akibat dosa. Pemahaman ini secara eksplisit dinyatakan oleh Paulus sebagai berikut. “Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa” Rm. 512. Maut adalah “upah dari dosa” Rm. 623. Dosa memimpin manusia kepada kematian Rm. 616. Konsili Trente 1545-1563 mengajarkan bahwa maut merupakan konsekuensi dari dosa Pernyataan tersebut ditegaskan oleh Konsili melalui Dekrit tentang Dosa Asal pada 17 Juni 1546. Ada enam kanon dalam dekrit tersebut, dan salah satu kanon membahas mengenai fakta, hakikat, dan penghapusan dosa Dosa asal umumnya dipahami sebagai dosa yang bermula dari dosa Adam dan Hawa yang diwariskan turun temurun kepada bangsa manusia. Akibat dosa asal membuat manusia kehilangan rahmat kekudusan, terpisah dari Allah, mengalami derita, kematian, konkupisensi6 Kej. 316, serta terbelenggu oleh dosa dan kejahatan Kej. 315-16. Dalam pandangan Y. Pranadi Kematian dan Kehidupan Abadi 251Melintas Vol. 34, No. 3, 2018Maurizio Flick,7 pengertian dosa asal tidak dikaitkan dengan kejadian historis dalam Kej. 31-24, melainkan berawal dari pengajaran Paulus tentang universalitas penebusan Kristus Rm. 512-19. Dalam konteks pewartaan tentang universalitas penebusan Kristus, Paulus mengacu pada universalitas dosa Adam. Penjelasan mengenai keadaan manusia yang mewarisi dosa asal diperlukan agar penebusan Kristus bagi seluruh umat manusia ditampakkan. Flick menuliskan,“Kepastian mendasar yang menjadi pijakan doktrin tentang dosa asal bukan informasi historis tentang kenyataan yang telah terjadi pada awal dunia dijadikan – seperti anggapan para teolog tradisionalis – melainkan suatu pewahyuan bahwa Yesus Kristus adalah penebus yang perlu bagi semua bangsa manusia. Tanpa Yesus Kristus tidak seorang pun akan selamat.”8Manusia adalah kesatuan jasmani dan rohani, kesatuan badan dan jiwa. Dalam kesatuan tersebut manusia akan mengalami kematian. Menurut Karl Rahner9 sebagaimana dikutip oleh Otto Hentz, “kematian muncul sebagai tindakan aktif maupun pasif, sebagai akhir maupun kepenuhan, sebagai yang dikehendaki maupun yang diderita, sebagai kelimpahan maupun kekosongan”.10 Rahner memandang kematian sebagai puncak pasivitas yang dialami manusia dalam keseluruhan eksistensinya. Ketika mati, manusia berada pada kondisi paling pasif dan paling menderita, namun ia menderita sebagai pribadi. Keaktifan manusia terletak pada pengharapannya akan Ketika manusia mati, seluruh aktivitasnya berhenti. Badan berhenti, jiwa juga berhenti. Kematian bisa dipandang sebagai kegelapan. Dalam kegelapan ini manusia hanya dapat berharap kepada Allah di dalam Rahner memandang kematian sebagai garis pembatas, suatu akhir sekaligus titik puncak kebebasan manusia. Kematian merupakan pengalaman yang memiliki dimensi aktif dan pasif. Di satu sisi, kematian tidak dapat dikontrol oleh manusia karena melampaui batas kuasa manusiawi. Di sisi lain, kematian adalah sebuah penyelesaian sejarah hidup seseorang. Bagi Rahner, kematian bukan merupakan kepunahan, melainkan pengantar menuju kehidupan personal yang sungguh-sungguh manusiawi dan kekal. “Pengalaman kematian oleh karenanya tidak menghapuskan atau meniadakan sejarah kehidupan seseorang, melainkan suatu peristiwa ketika sejarah mengangkat dirinya sendiri, dengan Allah sebagai perancangnya, ke dalam kebebasan tidak terbatas yang berasal dari Allah”.13 252Pandangan Rahner mengingatkan bahwa kematian adalah peristiwa yang tidak dipilih oleh manusia. Bagaimanapun usaha manusia mempertahankan hidupnya, suatu saat akan menghadapi kematian. Meskipun manusia tidak berdaya atas hidupnya serta tidak dapat mengontrol dan menguasai kematian, peristiwa yang tidak dapat dikontrol tersebut dapat membawa manusia pada penyempurnaan dan pemenuhan Kematian adalah kenyataan yang dialami manusia dan ada di dalam eksistensi manusia. Oleh sebab itu, menerima kematian sebagai bagian dari kemanusiaan adalah inspirasi yang dapat ditarik dari pandangan Rahner. Pandangan kristiani memahami bahwa maut terjadi karena dosa bdk. Rm. 512. Surat Paulus kepada Jemaat di Roma tidak bermaksud berbicara mengenai penyebab maut, melainkan mengenai sifat universal dosa dan maut. Paulus telah menunjukkan bahwa baik dosa maupun konsekuensinya, yaitu kematian, adalah realitas yang universal. Hal ini tampak dari ungkapan Paulus “…demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa” Rm. 512. Dalam Rm. 512-21, Paulus tidak bermaksud menerangkan asal usul dosa dan maut, melainkan hendak mengkontraskan pengalaman Adam dan Kristus dalam keseluruhan sejarah keselamatan. Paulus melihat sejarah keselamatan sebagai ketegangan antara dosa yang bermula dari Adam dan rahmat yang ada dalam diri Ada pertentangan antara konsekuensi dosa manusia yang menghancurkan dan kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua orang dalam diri Kristus. Dosa memasuki hidup manusia melalui keputusan Adam menolak Allah dan menjalar melalui ketidaktaatan manusia yang terus-menerus Rm. 512. Setelah membandingkan antara Adam dan Kristus, Paulus mengatakan bahwa meskipun dosa telah ada sejak awal, hukum Taurat baru diberikan kemudian dalam sejarah Bangsa Israel Rm. 513. Paulus kemudian berbicara mengenai periode pelanggaran hukum untuk menggambarkan perbandingan yang sama antara Adam dan Kristus dengan yang terjadi ketika hukum Taurat diberikan kepada bangsa Israel di gunung Sinai dan apa yang terjadi dalam Kristus Rm. 520-21.16 Paulus menduga ada keterkaitan antara pelanggaran hukum di Israel dan Dalam Rm. 520 dikatakan, “Tetapi hukum Taurat ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak; dan di mana dosa bertambah banyak; di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah”. Akan tetapi pernyataan “hukum Taurat ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak” tidak Y. Pranadi Kematian dan Kehidupan Abadi 253Melintas Vol. 34, No. 3, 2018berarti bahwa Allah menghendaki agar dosa manusia bertambah banyak. Menurut penafsiran Manfred T. Brauch18, Allah memberikan hukum Taurat19 kepada bangsa Israel agar kesadaran manusia terhadap dosa Hakikat dosa yang merusak dan menghancurkan diungkapkan ketika tujuan Allah yang baik yang dinyatakan dalam hukum Taurat dilanggar oleh manusia. Pemahaman Paulus dalam Rm. 520 dikuatkan melalui beberapa pernyataan serupa yang diungkapkannya dalam Rm. 320, “karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa”, dan dalam Rm. 77-8 Paulus mengungkapkan bahwa “hukum Taurat bukanlah dosa”. Bukan Hukum Taurat yang membawa manusia kepada dosa. Hukum Tauratlah yang telah mengantar Paulus mengenal dosa Rm. 77, menunjukkan seperti apakah dosa, dan bagaimana dosa menyatakan diri. Akhirnya, Paulus bertanya dalam Galatia 319, “Kalau demikian, apakah maksudnya hukum Taurat?” Ia kemudian menjawabnya bahwa “hukum Taurat ditambahkan oleh karena pelanggaran-pelanggaran”Gal. 319. Dengan demikian, ungkapan “di mana dosa bertambah banyak” tidak bermaksud mengungkapkan penumpukan dosa, melainkan dalam terang hukum Taurat dan kasih karunia Allah dalam Kristus, besarnya dosa-dosa dinyatakan dan diungkapkan ke dalam kesadaran suratnya kepada jemaat di Roma 520, Paulus berkata “di mana dosa bertambah banyak; di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah”. Ketika ada dosa, rahmat dan kasih karunia Allah hadir bagi manusia. Paulus memandang bahwa dosa seakan-akan diperlukan’. Peristiwa jatuhnya manusia ke dalam dosa perlu terjadi karena dengan peristiwa tersebut manusia ditawari rahmat dan kasih karunia Allah yang berlimpah. Seandainya Adam tidak jatuh ke dalam dosa, Yesus mungkin tidak perlu hadir dalam sejarah keselamatan untuk berjuang menyelamatkan manusia. Kristus tampil sebagai Adam baru yang membebaskan manusia dari dosa. Menurut Paulus, “upah dosa adalah maut” Rm. 623. Dengan kata lain, maut merupakan dampak dari hukuman atas dosa. Dosa dalam hal ini dapat dimengerti secara teologis sebagai keterputusan hubungan dengan Allah, namun dalam keadaan itu Allah tetap menawarkan rahmat kepada Peristiwa jatuhnya manusia ke dalam dosa, membawa manusia pada kesadaran untuk menerima keberadaannya sebagai makhluk yang berdosa dan akan mati. Jika tidak mati, ia bukanlah manusia. Manusia yang 254mengalami kematian di dalam hidupnya adalah manusia yang sungguh-sungguh mengalami kehidupan sebagai manusia. Dengan demikian, kematian manusia bisa dipandang sebagai penyempurnaan atas keseluruhan kehidupan dan pemenuhan sebagai Transformasi KehidupanDalam pandangan kristiani peristiwa kematian dilihat sebagai peristiwa terlepasnya jiwa dari badan. Gereja Katolik mengajarkan bahwa setelah orang meninggal, jiwanya akan terpisah dari badan bdk. KGK No. 366. Badannya akan rusak dan hancur, sedangkan jiwanya tidak akan mati. Seketika itu juga, jiwanya diadili24 dan setiap orang akan diadili secara pribadi. Ada tiga kemungkinan orang masuk surga, neraka, atau mengalami api penyucian untuk Jiwa akan menghadapi pengadilan Allah dan menantikan kebangkitan badan. Pemahaman tradisional ini dipengaruhi oleh pemahaman Platonis. Plato26 memandang kematian sebagai keadaan alamiah yang terjadi pada manusia. Menurut Plato, pertama-tama jiwa manusia mendiami tubuh seperti seorang pelaut yang tinggal dalam perahu. Ketika manusia mati, jiwa dibebaskan dari batasan material yaitu tubuh yang memenjarakan jiwa selama manusia Setelah manusia mati, jiwa yang terpenjara akan terbebas dari tubuh. Pemahaman platonis mengenai keterlepasan jiwa dari badan diambil oleh Gereja untuk menjelaskan peristiwa kematian. Pada dasarnya pandangan platonis menganggap tubuh sebagai hal yang buruk dan negatif. Pemahaman losos ini memengaruhi pemikiran teologi kristiani pada Abad Pertengahan,28 namun dalam perkembangan, Gereja tidak memandang tubuh sebagai sesuatu yang buruk. Pandangan tersebut ditegaskan dalam Konsili Vatikan II yang berbicara tentang martabat dan nilai tubuh“Meskipun terdiri dari tubuh dan jiwa, manusia itu satu. Melalui komposisi jasmaniahnya, ia mengumpulkan bagi dirinya unsur-unsur dunia materi. Maka unsur-unsur itu mencapai mahkotanya melalui manusia, dan melalui manusia mengangkat suara mereka dalam pujian bebas bagi Pencipta. Karena alasan ini manusia tidak diperbolehkan menganggap hina kehidupan jasmaniahnya. Malahan, ia berkewajiban menganggap tubuhnya sebagai baik dan terhormat karena Allah menciptakannya dan akan membangkitkannya pada hari terakhir. Namun demikian, dilukai oleh dosa, manusia mengalami dorongan-dorongan yang bersifat Y. Pranadi Kematian dan Kehidupan Abadi 255Melintas Vol. 34, No. 3, 2018memberontak dalam tubuhnya. Tetapi, martabat manusia menerima secara mutlak bahwa manusia memuliakan Allah dengan tubuhnya dan melarangnya melayani kecenderungan jahat hatinya”.29 Ulasan tentang tubuh banyak dibicarakan Paus Yohanes Paulus II dalam audiensi umum setiap hari Rabu 5 September 1979 – 28 November 1984. Ceramah-ceramah dalam audiensi tersebut kemudian dikenal dengan “Teologi Tubuh”. Melalui tubuh, Allah yang tidak terlihat menjadi Tubuh manusia merupakan penunjuk kenyataan Allah, menjadi penjelasan atau perkataan logos tentang Allah theos. Tubuh, bagi Yohanes Paulus II, adalah sebuah teologi. Ia memandang tubuh sebagai merupakan sebuah tanda yang terlihat, terbentuk dalam diri manusia, sejauh manusia adalah sebuah tubuh, melalui tanda maskulinitas dan femininitas yang terlihat. Tubuh, sesungguhnya, dan hanya tubuh, mampu membuat terlihat apa yang tidak terlihat yang spiritual dan yang ilahi. Tubuh telah diciptakan untuk menyalurkan ke dalam kenyataan dunia yang terlihat misteri yang tersembunyi sejak awal dalam diri Allah, dan karenanya tubuh menjadi tanda bagi misteri itu”.32 Dalam Katekismus Gereja Katolik dikatakan bahwa manusia diciptakan oleh Allah dalam wujud jasmani sekaligus rohani lih. KGK No. 362. Allah menciptakan manusia dengan tubuh dan jiwa. Keduanya termasuk ciptaan Allah yang mengandung kebaikan. Pemahaman ini didasarkan pada kisah penciptaan ketika Allah menciptakan langit dan bumi serta segala isinya sebagai baik adanya bdk. Kej. 1. Baik jiwa maupun tubuh secara biblis dipandang baik serta layak dihormati demi kemuliaan Allah. Keterlepasan jiwa dari tubuh tidak serta merta memandang tubuh sebagai hal yang buruk. Keduanya merupakan ciptaan luhur Allah yang tampak dalam pribadi manusia sebagai kesatuan jiwa dan manusia berlangsung dalam jangka waktu tertentu. Dalam perjalanan hidupnya, manusia mengalami perubahan. Ia mengalami sakit, tua, dan mati. Peristiwa tersebut adalah kenyataan yang dialami oleh setiap manusia. Peristiwa kematian adalah peristiwa terakhir yang mesti dihadapi oleh manusia di dalam kehidupan. Kematian adalah puncak kehidupan manusia di dunia bdk. Gaudium et Spes art. 18. Ketika manusia mati, tubuh manusia hancur, tetapi jiwanya tetap hidup. Pemahaman teologi kristiani memandang bahwa sesudah kematian, jiwa manusia masih hidup, dan jiwa 256hidup dalam keadaan terpisah dari badan anima separata. Gereja meyakini bahwa setelah jiwa dipisahkan dari badan, dalam kebangkitan, Allah akan memberikan kehidupan abadi kepada badan baru yang telah diubah, dan mempersatukannya kembali dengan jiwa manusia. Keyakinan ini dikaitkan dengan peristiwa Kristus yang telah bangkit dan hidup untuk selamanya, demikian juga manusia yang telah mati di dalam Kristus akan bangkit pada hari kiamat Lih. KGK No. 1016. Dalam pandangan Paulus, badan atau tubuh baru yang telah diubah setelah manusia mati bukanlah tubuh alamiah yang hancur setelah dikuburkan, melainkan tubuh rohaniah 1Kor. 1543-44. Keadaan tubuh rohaniah berbeda dari tubuh yang ada di Gagasan ini dikuatkan di bagian lain, yakni dalam Flp. 320-21, “Ia akan mengubah tubuh kita yang hina menjadi serupa dengan tubuh-Nya yang mulia”. Pandangan ini berkaitan dengan pemahaman kebangkitan badan. Paulus mengatakan, “sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu rahasia kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah” 1Kor. 1551. Dalam pandangan Paulus, dapat dikatakan bahwa kematian adalah peristiwa perubahan keadaan manusia secara pandangan Katolik tentang kematian diungkapkan dengan tepat dalam liturgi Gereja Lih. KGK No. 1012. Dalam doa Prefasi34 Arwah I diungkapkan dengan jelas sebagai berikut. “Sebagai umat beriman, kami yakin bahwa hidup hanyalah diubah, bukannya dilenyapkan. Dan sesudah roboh rumah kami di dunia ini, akan tersedia bagi kami kediaman abadi di surga”.35 Doa Prefasi tersebut mengungkapkan iman Gereja yang percaya bahwa setelah manusia mati, kehidupannya tidak berakhir. Dengan demikian, pengalaman kematian adalah suatu perubahan atau transformasi kehidupan, yakni transformasi dari alam fana ke alam baka. Gereja mengajarkan bahwa ada harapan akan kebangkitan bagi orang-orang yang telah meninggal. Paulus dalam suratnya memberikan nasihat kepada jemaat di Tesalonika agar orang-orang yang masih hidup tetap memiliki pengharapan “karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia” 1Tes. 414.Y. Pranadi Kematian dan Kehidupan Abadi 257Melintas Vol. 34, No. 3, 2018Berdasarkan pemaparan di atas, dimengerti bahwa kematian adalah momen transisi antara kehidupan temporal di dunia dengan kehidupan kekal bersama Allah. Kematian merupakan sebentuk gerakan dari kehidupan di dunia yang sifatnya sementara menuju ke kehidupan Kematian merupakan peristiwa perubahan atau transformasi keadaan manusia secara rohaniah bdk. 1Kor. 1551.Mati dengan Martabat Kristiani37Frase di atas berasal dari Hans Küng yang membahas tentang kematian dalam Eternal Life 1982 dalam bahasa Jerman; 1984 dalam bahasa Inggris. Pemikirannya memberi inspirasi bagi teologi kristiani dan juga bagi umat kristiani dewasa menawarkan pendekatan yang berbeda terhadap kematian. Ketika berhadapan dengan situasi sekarat atau hampir mati, manusia dapat menghadapinya dengan sikap lepas bebas tanpa harus mati-matian melawan atau menolak kematian, yang tak bisa terpisah dari kenyataan hidup manusia. Dengan begitu, manusia dimungkinkan untuk menghadapi kematiannya secara bermartabat. Kematian kristiani dipandang oleh Küng sebagai suatu ars moriendi. Hal itu didasarkan pada iman kristiani yang memungkinkan seseorang memahami hari kematian sebagai hari kelahiran dies natalis, yang membawa manusia kepada kebaruan, yakni hidup Hari kematian dipahami sebagai hari kelahiran dalam hidup yang kekal. Manusia yang menderita sekarat dan akan menghadapi kematian membiarkan dirinya dibimbing menuju kehidupan baru, yaitu kehidupan manusia memiliki persoalannya masing-masing ketika menghadapi kematian, dengan segala ketakutan, beban, dan harapan. Kematian pasti akan dialami oleh setiap orang, namun ketika menghadapi keadaan sekarat atau hampir mati, orang-orang kristiani tidak dapat mengambil sikap seperti kaum Stoa39 yang tidak peduli, bahkan menyangkal penderitaan. Dalam menghadapinya, emosi, perasaan serta penderitaan yang dialami perlu dihadapi dengan sikap tenang dan sabar. Di hadapan penderitaan dan kematian, manusia mesti menghadapinya dengan keyakinan bahwa Allah senantiasa memperhatikan penderitaan manusia serta menyertainya dalam kematian Sikap seperti ini didasarkan pada sikap Yesus yang tidak menolak atau meredam 258penderitaan dan kematian, tetapi menerimanya dalam iman bahwa Ia tetap didengarkan oleh Perkembangan dan intervensi medis kadang-kadang menjadikan manusia sebagai objek penyembuhan. Sering kali penggunaan alat-alat medis ditujukan agar manusia tetap hidup, dan kadang-kadang kurang menghargai martabatnya sebagai manusia. Penggunaan alat-alat medis untuk mengatasi problem penderitaan dan sekarat yang dialami manusia sebetulnya tidak dapat menghindarkannya dari pengalaman penderitaan, kesakitan, dan kematian. Intervensi dokter dan penggunaan alat medis tidak mampu melampaui kehidupan, penderitaan, kesakitan, dan kematian, sebab hanya Allah dapat mengatasi semua itu. Melalui pengalaman kesakitan, penderitaan, dan kematian, manusia sebenarnya ditawari sebentuk kebebasan baru. Pertama, ketika manusia mengalami penderitaan, ia tidak bebas dari penderitaan, tetapi di dalam penderitaan manusia memiliki kebebasan sebagai pribadi yang beriman. Manusia tidak dapat terbebas dari penderitaannya, melainkan di dalam penderitaannya ia memiliki kebebasan sebagai orang yang percaya bahwa ia tidak perlu merasa tertekan dengan segala kesakitan dan ketakutan terhadap kematian. Ia tidak harus merasa putus asa meskipun mengalami penderitaan dan situasi sekarat. Meskipun ada keraguan, dengan sikap iman ia bisa percaya dan pasrah kepada Allah. Kedua, manusia dibebaskan dari pemahaman bahwa penderitaan dan kematian dapat diperjuangkan melalui penyembuhan secara teknis obat-obatan, peralatan medis. Pembebasan ini ialah dari ilusi bahwa manusia seakan-akan dapat mengatasi kematian melalui perkembangan teknologi medis, psikologis, dan manipulasi genetik. Segala upaya manusia untuk memperpanjang hidup merupakan ilusi. Kematian tetap akan dihadapi oleh manusia karena merupakan siklus hidup dan bagian dari hidup manusia. Ketiga, menerima dengan sikap tenang dan rendah hati bahwa penderitaan dan kematian dapat dilawan dengan berbagai macam cara, tetapi tidak dapat ditaklukkan oleh manusia. Segala teknik penyembuhan dalam upaya mengatasi penderitaan dan kematian masih akan menyisakan kegagalan. Oleh sebab itu, manusia mesti sadar akan keterbatasan hidupnya yang akan mengalami penderitaan dan kematian. Keempat, kebebasan dialami ketika manusia membangun harapan bahwa penderitaan dan kematian bukanlah akhir kehidupan, namun adalah puncak dan kepenuhan Y. Pranadi Kematian dan Kehidupan Abadi 259Melintas Vol. 34, No. 3, 2018harapan untuk bersatu dengan Allah. Manusia memelihara harapan bahwa kematian bukanlah akhir yang melenyapkan kehidupannya. Dengan adanya harapan, manusia memiliki keyakinan bahwa peristiwa kematian akan membawanya pada kehidupan kekal bersama pandangan Küng, mati dengan menyandang martabat kristiani terjadi ketika seseorang meninggalkan dunia dengan penuh rasa syukur. Manusia menghadapi penderitaan dan kematiannya dalam rasa syukur, dan dengannya seseorang dapat menghadapi kematiannya dengan tenang, bersikap lepas bebas terhadap hidupnya, serta berdoa dengan penuh makna kepada Allah. Hal ini dimungkinkan jika manusia menaruh keyakinan pada Allah serta meyakini adanya kehidupan abadi. Oleh sebab itu, kematian tidak harus dilihat sebagai sesuatu yang gelap dan menakutkan, karena Allah pun hadir dalam situasi apapun termasuk kematian. Mati dengan martabat kristiani juga merupakan sikap penyerahan diri, menyerah, dan bersyukur di depan kematian. Dalam peristiwa kematian Yesus, kematian dimaknai sebagai penyerahan diri kepada Allah, sebab bagi Yesus kematian bukanlah peristiwa yang mesti ditolak atau dilawan. Kematian diterima sebagai wujud penyerahan diri-Nya kepada Bapa. Dasar biblisnya dapat ditemukan dalam Luk. 2346. Sebelum kematian-Nya, Yesus berseru dengan suara nyaring “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan Nyawa-Ku”, dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya. Dari situ, kematian dipandang sebagai bagian dari realitas kehidupan manusia yang perlu diterima dengan sikap iman, penuh rasa syukur, sikap lepas-bebas, dan penyerahan penuh harapan dan keyakinan kepada Allah sebagai sumber Gereja Katolik akan Kebangkitan dan Harapan Hidup Abadi Pandangan kristiani tentang kematian dipengaruhi oleh antropologi dualistik yang berasal dari lsafat Yunani, yang memandang diri manusia sebagai kesatuan jiwa dan badan. Pandangan ini berasal dari pemikiran platonis yang menganggap tubuh sebagai penjara jiwa. Dalam tradisi Yahudi, diri manusia tidak dipahami secara dualistik seperti anggapan orang-orang Yunani, sebab bagi orang Yahudi manusia adalah tubuh yang hidup. Ketika manusia mati, rohnya Ibrani ruah43 sebagai prinsip hidup hilang dan diri Ibrani nephesh turun ke dalam sheol, dunia bawah tempat kegelapan bagi orang-orang yang sudah 260Jejak-jejak keyakinan dan harapan orang Yahudi pada kebangkitan orang mati dapat ditemukan dalam Kitab Daniel yang ditulis pada masa pengejaran Antiokhus IV Epifanes 167-164 SM dan Kitab Makabe. Raja Antiokhus IV memaksakan kebudayaan Yunani Hellenisme kepada orang-orang Yahudi secara brutal lih. 2Mak. 61-11. Ia melarang orang Yahudi melaksanakan ajaran agama mereka, tetapi mereka menentangnya dan memilih untuk taat pada hukum Yahudi. Mereka akhirnya disiksa dan dibunuh karena ketidaktaatan terhadap raja bdk. 2Mak 6-7.45 Pengertian orang-orang Yahudi tentang kebangkitan orang mati merupakan pengertian apokaliptik. Keyakinan ini berkaitan dengan kebangkitan semua orang mati, yang diyakini baru akan tergenapi pada Akhir akan kebangkitan dan kehidupan kekal dapat ditemukan dalam 2Mak. 79,14. Gagasan ini merupakan sesuatu yang baru, yang belum pernah dimunculkan dalam pemikiran religius Yahudi. Gagasan ini adalah suatu perkembangan yang muncul dalam tradisi Yahudi. Dalam Kitab 2Mak. 7 terdapat kisah tentang seorang ibu dengan tujuh orang anaknya yang memilih mati daripada menajiskan diri dengan makan daging babi yang haram Mereka lebih memilih disiksa dan mati daripada melanggar hukum nenek moyang. Keyakinan akan kebangkitan dan kehidupan kekal diungkapkan secara eksplisit oleh mereka yang mengalami penganiayaan sebelum menemui ajal. Masing-masing mendapat kesempatan untuk menyampaikan kata-kata terakhir sebagai ungkapan iman dan harapan dalam diri mereka sebelum disiksa dan dibunuh. Ketika sudah hampir putus nyawanya anak kedua berkata, “Memang benar kau bangsat, dapat menghapus kami dari hidup di dunia ini, tetapi Raja alam semesta akan membangkitkan kami untuk kehidupan kekal, oleh karena kami mati demi hukum-hukum-Nya!” 2Mak. 79. Ketika anak keempat sudah dekat pada ajalnya, ia berkata “Sungguh baiklah berpulang oleh tangan manusia dengam harapan yang dianugerahkan Allah sendiri, bahwa kami akan dibangkitkan kembali oleh-Nya. Sedangkan bagi baginda tidak ada kebangkitan untuk kehidupan” 2Mak. 714.47 Kisah kemartiran ibu dan ketujuh anaknya itu memberikan gambaran adanya harapan akan kebangkitan dan kehidupan kekal. Meskipun disiksa dan dianiaya sampai mati, mereka memiliki keyakinan dan harapan bahwa Allah akan membangkitkan mereka dan memberikan kehidupan kekal. Gagasan akan kebangkitan dan kehidupan kekal dalam Kitab Daniel dan Kitab Makabe Y. Pranadi Kematian dan Kehidupan Abadi 261Melintas Vol. 34, No. 3, 2018menjadi salah satu dasar keyakinan Gereja akan kebangkitan dan hidup abadi. Ungkapan kebangkitan dan harapan akan hidup abadi terdapat juga dalam Syahadat apostolik48 Pengakuan iman para Rasul dan Syahadat Nicea-Konstantinopel. Syahadat apostolik dipandang sebagai ungkapan iman para Rasul yang menjadi dasar iman Gereja, sedangkan Syahadat Nicea-Konstantinopel adalah hasil konsili ekumenis pada 325 di Nicea dan 381 di Konstantinopel. Sampai sekarang, Syahadat Nicea-Konstantinopel diterima baik oleh Gereja Timur maupun Barat. Melalui ungkapan ini, secara eksplisit Gereja menyatakan imannya dalam rumusan iman yang tertulis. Beberapa penggalan dari Syahadat tersebut adalah sebagai berikut.“ ... Aku percaya akan Roh Kudus, Gereja Katolik yang kudus, persekutuan para kudus, pengampunan dosa, kebangkitan badan, kehidupan kekal. Amin. Syahadat Apostolik.49“ ... Kami percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik. Kami mengakui satu Pembaptisan akan penghapusan dosa. Kami menantikan kebangkitan orang mati. Dan hidup di akhirat. Amin.” Syahadat Nicea-Konstantinopel. 50Dalam kedua rumusan syahadat tersebut, baik Syahadat para Rasul maupun Syahadat Nicea-Konstantinopel, iman pada kebangkitan dan kehidupan kekal diungkapkan dengan tegas. Ada beberapa pemahaman tentang kebangkitan dalam Kitab Suci. Ada pemahaman kebangkitan sebagai reanimasi sik’ hidupnya kembali tubuh manusia yang telah mati yang dapat ditemukan dalam 2Mak. 71-41. Ada harapan akan kehidupan mulia yang telah diubah yang terdapat dalam Kitab Daniel. “Dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah orang-orang mati, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal” Dan. 121-4. Ada juga pemahaman bahwa tubuh yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah yang mulia dan tidak dapat binasa. Yang terakhir ini adalah pemahaman Rasul Paulus mengenai kebangkitan orang mati 1Kor. 1535-54.51 Dalam 1Kor. 15, Paulus mereeksikan kebangkitan Kristus, kebangkitan orang mati, dan sifat tubuh kebangkitan. Orang-orang Yunani lebih memikirkan kebangkitan jiwa dan menyangkal kebangkitan tubuh jasmani. Pemahaman ini memengaruhi beberapa orang Korintus yang percaya. Mereka menganggap kebangkitan sebagai dihidupkannya kembali 262jenazah manusia yang sudah mati. Orang-orang di Korintus bertanya kepada Paulus mengenai jenis tubuh seperti apa yang akan dibangkitkan. Pertanyaan ini sederhana, tetapi Paulus tidak dapat menggambarkan dengan jelas, selain dalam reeksinya ia menyampaikan dua hal. Pertama, mengenai bahwa kematian mengarahkan pada kebangkitan. Kedua, mengenai seperti apa keadaan tubuh Paulus mereeksikan tubuh kebangkitan sama sekali berbeda dengan tubuh manusia ketika di dunia 2Kor. 51-4.53 Ketika manusia mati, tubuhnya akan hancur, tetapi Allah akan memberikan kediaman baru bagi manusia, kediaman yang dapat bertahan sampai kekal, yakni kediaman di Paulus menggambarkan bahwa tubuh manusia yang sekarang hidup di dunia ini memiliki ciri yang berasal dari Adam pertama, yang berasal dari tanah, sedangkan tubuh mulia tubuh kebangkitan memiliki ciri yang berasal dari Adam akhir, yang berasal dari Bagi Paulus, manusia memiliki eksistensi jasmani tubuh sik dan eksistensi rohani tubuh rohani atau tubuh surgawi. Dalam keyakinannya, tubuh rohani atau tubuh surgawi inilah yang akan dibangkitkan sesudah manusia mati. Permenungan mengenai kebangkitan tubuh yang direeksikan Paulus ini penting dalam orang Saduki yang bertanya kepada Yesus dalam Mrk. 1218-27 juga dapat memberikan gambaran pandangan Yesus tentang kebangkitan dan kehidupan setelah kematian. Dalam kisah tersebut digambarkan bahwa orang Saduki, tidak percaya akan kebangkitan Mrk. 1218, bertanya tentang kebangkitan kepada Yesus. Dari percakapan tersebut dapat ditemukan bahwa Yesus memandang kebangkitan orang mati sebagai eksistensi baru manusia yang berbeda dari kondisi kehidupan manusia di Dengan tegas Yesus berkata, “apabila orang bangkit dari antara orang mati, ia tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat-malaikat di sorga” Mrk. 1225. Dengan itu, Yesus menyiratkan keadaan manusia setelah mati, sebagai yang sungguh-sungguh berbeda, yakni suatu kondisi yang sama sekali biblis mengenai kebangkitan dan harapan akan kehidupan setelah kematian bisa dilengkapi dengan sudut pandang teologi Katolik. Ada sebuah ungkapan dalam bahasa Prancis “La vie, c’est la mort”,57 yang secara haraah artinya “kehidupan adalah kematian”. Kehidupan sendiri bisa dilihat secara eksistensial sebagai kematian, dan berlangsung sebagai processus mortis in vitam, berjalannya proses kematian di tengah Y. Pranadi Kematian dan Kehidupan Abadi 263Melintas Vol. 34, No. 3, 2018Proses kematian sudah berlangsung di dalam kehidupan di dunia. Jadi, di dalam kehidupan, manusia mempersiapkan diri untuk menghadapi kematiannya. Ungkapan sastrawi tersebut dapat dipakai untuk menjelaskan pemahaman kematian dalam konteks teologis, sebagaimana dipahami oleh Joseph Ratzinger dan Hans Küng dalam kaitan dengan kebangkitan dan harapan kehidupan Ratzinger, sebagaimana dikutip oleh Krispurwana Cahyadi dalam Benediktus XVI, mengungkapkan bahwa melalui peristiwa Kristus Christ event kematian menjadi sarana rahmat dan kehidupan. Kasih Allah yang terlaksana melalui penebusan Yesus Kristus yang mati dan bangkit memberi makna baru pada keberadaan manusia. Melalui Kristus, Allah tidak menghancurkan kehidupan, melainkan membentuk kehidupan baru melalui kematian. Peristiwa Kristus itu mengubah kematian menjadi kehidupan. Dalam ensiklik Spe Salvi59 art. 10, Ratzinger Paus Benediktus XVI mengutip kata-kata Ambrosius untuk mengungkapkan keyakinan Gereja pada kehidupan abadi sebagai berikut. “Kematian sejak semula bukan bagian dari alam; tetapi kemudian menjadi bagian dari alam. Allah tidak menetapkan kematian dari sejak semula; kematian ditetapkan sebagai pemulih. Kehidupan manusia, oleh karena dosa … mulai mengalami kemalangan, kesulitan, dan kesedihan. Kematian mesti mengembalikan kehidupan manusia yang telah hangus. Tanpa bantuan rahmat, keabadian hanya diaggap sebagai beban daripada berkat”.60Berdasarkan ungkapan Ambrosius yang dikutip Ratzinger itu dapat ditafsirkan bahwa kematian adalah jalan menuju keselamatan. Pemahaman ini bisa dimengerti melalui rahmat, sebab tanpa rahmat peristiwa kematian akan dilihat hanya sebagai beban dan kutuk. Perasaan sedih dan kehilangan dalam peristiwa kematian tidak dapat disangkal, karena merasa sedih setelah kehilangan orang yang dikasihi adalah hal yang wajar dan manusiawi. Dalam pandangan kristiani, peristiwa kematian tidak melenyapkan kehidupan manusia,61 sebab kematian adalah pengalaman yang membawa harapan pada kebangkitan dan kehidupan abadi. Kematian dapat diandaikan sebagai gerbang atau pintu menuju kehidupan baru yang berbeda dari kehidupan manusia di dunia. Gereja mengajarkan bahwa peristiwa kematian memberikan harapan akan adanya kehidupan abadi bagi orang-orang yang percaya. Bagi Ratzinger, kehidupan tidak terbatas 264pada kehidupan saat ini, namun terarah ke depan, menuju pada kehidupan abadi. Pandangan ini diungkapkan oleh Ratzinger dalam ensikliknya tersebut, dan ia menggunakan gambaran ketika umat kristiani menerima pembaptisan. Pembaptisan adalah saat bagi seorang beriman kristiani untuk menemukan harapan pada kehidupan abadi. Ratzinger menegaskan bahwa pembaptisan adalah saat ketika orang memperoleh harapan akan kehidupan abadi. Sampai di sini, ketakutan pada kematian sesungguhnya dapat dihadapi dengan membangun makna kehidupan yang dijalani dan menerima bahwa kematian adalah proses yang ada di dalam kehidupan. Manusia mengambil keputusan denitif mengenai hidupnya bukan setelah hidup di dunia berakhir, melainkan selama ia masih hidup di Dengan mati, manusia meninggalkan dunia, namun dengan meninggalkan dunia melalui kematian, manusia melakukan tindakannya’ yang Kematian bisa dipandang sebagai tindakan, sebab ia meliputi keputusan yang dipilih dengan bebas oleh manusia. Manusia, di dalam hidupnya, tidak hanya menerima kematian secara pasif, melainkan mengambil keputusan untuk menghadapi serta menjalani kematiannya. Kematian yang dilihat sebagai suatu tindakan menyangkut seluruh keputusan personal, penerimaan, dan kesadaran seseorang untuk menjalaninya. Dalam kehidupan, ia sudah menjalani kematiannya. Kematian, karenanya, tidak harus dilihat sebagai sesuatu yang menghentikan hidup, tetapi suatu proses yang adalah bagian dari kehidupan. Kehidupan setelah mati berbeda dari pengalaman manusia ketika hidup di dunia. Melalui kematian, sejarah manusia di dunia mencapai titik akhir, tetapi dalam sejarah keselamatan masih akan berlanjut dalam kehidupan abadi. Peristiwa kematian yang dialami manusia akan membawa manusia menuju kehidupan abadi bersama Kehidupan abadi pun bukan seperti ketika manusia hidup di dunia dalam batas ruang dan waktu, melainkan situasi yang sama sekali lain. Ratzinger, dalam Eschatology Death and Eternal Life, memahami situasi setelah kematian sebagai kondisi yang baru di dalam dunia baru. Dunia baru tersebut tidak dapat dibayangkan secara konkret “Dunia yang baru itu tidak dapat dibayangkan. Tidak ada yang konkret atau terimajinasikan dapat dikatakan tentang relasi antara manusia dan barang di dunia yang baru itu, atau tentang tubuh yang dibangkitkan.”65 Y. Pranadi Kematian dan Kehidupan Abadi 265Melintas Vol. 34, No. 3, 2018Kebangkitan di sini dipahami sebagai suatu kondisi baru di dalam dunia baru. Pandangan Ratzinger tersebut sejalan dengan pandangan Küng yang memahami dunia setelah kematian sebagai masa depan yang baru new future, bukan seperti di dunia ini yang dibatasi oleh ruang dan waktu. Masa depan yang baru pun tidak seperti di sini dan saat ini here and now, tetapi adalah keadaan yang sama sekali berbeda wholly different.66 Kebangkitan, karenanya, dimengerti sebagai suatu cara berada yang sama sekali baru dalam iman. Kebangkitan merupakan transformasi yang radikal ke keadaan yang berbeda sama sekali, dan itu adalah Kehidupan Abadi, atau seperti Küng membahasakannya, the eternal future. Reeksi biblis dan telaah teologis tentang kematian di atas dapat membantu umat kristiani untuk sampai pada keyakinan yang lebih kokoh mengenai kebangkitan dan harapan akan kehidupan halnya kelahiran, kematian pun merupakan peristiwa yang penting dalam kehidupan seseorang. Dalam pandangan Küng, ketika dilahirkan, manusia sudah melihat’ kematiannya. Pada saat manusia menerima kehidupan, ia pun mestinya sadar bahwa suatu saat ia akan mati. Kematian adalah hal yang manusiawi dan mestinya diterima sebagai bagian dari kehidupan. Ada berbagai pemahaman tentang kematian, namun semua itu bisa melengkapi pandangan tentang kematian sebagai peristiwa kompleks yang memuat banyak sisi. Kematian perlu terus-menerus direeksikan manusia pada setiap tahap takut dalam menghadapi kematian adalah hal yang wajar, dan ketakutan ini tidak dapat dihilangkan atau dilenyapkan. Ketakutan ini terdiri atas beberapa hal, antara lain takut akan hilang dari dunia dan melenyapkan hidupnya, ketakutan karena akan berpisah dengan orang-orang yang dicintai, dan takut karena rasa Ketakutan ini muncul ketika seseorang masih hidup. Ketakutan tersebut menunjukkan reaksi terhadap kematian. Karena kematian bukanlah sesuatu yang datang tiba-tiba, manusia bisa mengantisipasinya dengan menjalani proses kematian ketika masih hidup. Kematian adalah bagian dari kehidupan, dan di dalam hidupnya manusia mesti menerima kenyataan bahwa kematian adalah realitas yang akan dihadapi. Sikap penerimaan ini diwujudkan melalui cara hidup yang ditandai dengan penuh rasa syukur dan terima kasih atas anugerah kehidupan yang telah dialami oleh manusia. 266Karl Rahner sebagaimana dikutip oleh Peter C. Phan dalam Responses to 101 Questions on Death and Eternal Life 1997 mengungkapkan agar manusia;“berjaga-jaga, mengingat akan hal-hal akhir, menantikan Tuhan, sukacita karena ia dekat, keluh kesah alam ciptaan menantikan penebusan, pemulihan tubuh. Hal ini mungkin sudah mulai dalam kehidupan, melalui usaha perlahan-lahan mendekati cita-cita Firdaus, kebebasan dari segala macam hawa nafsu dengan menjalani hidup laku tapa”.68 Dari ungkapan di atas manusia diundang untuk berjaga-jaga, menjalani hidup sebaik-baiknya, dan membangun relasi kasih dengan Allah dan sesama manusia bdk. Mat. 2237-40. Ketika manusia mati, kematian terlihat sebagai tindakan pasif sekaligus aktif. Rahner memandang bahwa kematian adalah puncak pasivitas. Pada saat manusia mati, ia berada dalam kondisi paling pasif. Akan tetapi, dalam kepasifannya manusia masih memiliki unsur aktif. Keaktifannya terletak pada pengharapannya69 kepada Allah atau menghadapi kematiannya dengan “keputusan yang bebas”. Pandangan Rahner ini dapat dikaitkan dengan pandangan Küng. Inspirasi berharga dari Küng adalah bahwa manusia menerima kematiannya, namun dengan menyandang martabat kristiani, yakni ketika rela meninggalkan dunia dengan penuh rasa syukur. Manusia perlu bersikap “lepas bebas” terhadap hidupnya serta berdoa dengan penuh makna untuk memasrahkan hidupnya kepada Akhirnya, di hadapan kematian, manusia diharapkan memutuskan secara bebas untuk menolak atau menerima serta menghadapi kematiannya dengan sikap iman, sikap “lepas bebas”, penyerahan, dan disertai dengan harapan dan keyakinan pada kehidupan abadi bersama Manfred T. Ucapan Paulus yang Sulit. Terj. Fenny Veronica. Malang Seminari Alkitab Asia Tenggara, Krispurwana. Benediktus XVI. Yogyakarta Kanisius, Geoffrey & Libreria Editrice Vaticana. Catechism of The Catholic Church. London A Cassel Imprint, Dokumentasi dan Penerangan Konferensi Waligereja Indonesia KWI. Dokumen Konsili Vatikan II. Jakarta Obor, Pranadi Kematian dan Kehidupan Abadi 267Melintas Vol. 34, No. 3, 2018Dister, Nico Syukur. Teologi Sistematika 2 Ekonomi Keselamatan. Kompendium Sepuluh Cabang, Berakar Biblika dan Berbatang Patristika. Yogyakarta Kanisius, C. dan Stefan Leks. Percakapan Tentang Agama Katolik. Yogyakarta Lembaga Biblika Indonesia-Kanisius, D., Alec Motyer, et. al. Penerj.. Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius-Wahyu. Jakarta BPK Gunung Mulia, Zachary. Vision of a Future; A Study of Christian Eschatology New Theology Studies V. 8. Minnesota A Michael Glazier Book. The Liturgical Press Collegeville, Otto. Pengharapan Kristen Kebebasan, Kerajaan Allah, Akhir Zaman, Kematian, Kebangkitan, Neraka, Pemurnian, Keabadian, Penghakiman. Seri Pustaka Teologi. Yogyakarta Kanisius, Hans, Eternal Life? Life after Death as a Medical, Philosophical, and Theological Problem. Terj. Edward Quinn. London Collins, Gerald dan Edward G. Farrugia. Kamus Teologi. Terj. I. Suharyo [Judul asli A Concise Dictionary of Theology]. Yogyakarta Kanisius, Peter C. 101 Tanya Jawab tentang Kematian dan Kehidupan Kekal. Terj. A. Widyamartaya [Judul asli Responses to 101 Questions on Death and Eternal Life 1997]. Yogyakarta Kanisius, 2005. Pidyarto, H. Gunawan. Umat Bertanya, Romo Pid Menjawab – Seri Konsultasi Iman 5. Yogyakarta, Kanisius, Andrés Torres, Luiz Carlos Susin, Jon Sobrino Eds. The Resurrection of The Dead - Journal Concilium. London SCM Press, 2006/ Joseph. Eschatology Death and Eternal Life. Terj. Michael Waldstein. Ed. Aidan Nichols. Washington, The Catholic University of America Press, Thomas P. Katolisisme Teologi Bagi Kaum Awam. Terj. Agus M. Hardjana [Judul asli Catholicism At the Dawn of the Third Millenium]. Yogyakarta Kanisius, V. Indra. Menelusuri Tulisan-Tulisan Deuterokanonika. Yogyakarta Kanisius & Lembaga Biblika Indonesia, Hieronymus. “Jiwa Manusia Dalam Pandangan Plato. Dalam Jurnal Fakultas Filsafat-Theologi Universitas Katolik St. Thomas Logos, Vol. 3 No. 2 Juni 2004, 88-89. 268Endnotes1 Lih. Joseph Ratzinger, Eschatology Death and Eternal Life, terj. Michael Waldstein, ed. Aidan Nichols Washington, The Catholic University of America Press, 1988, Dikutip dari Louis Leahy, Esay Filsafat Untuk Masa Kini Telaah Masalah Roh-Materi Berdasarlan Data Empiris Baru, terj. Anzis Kleden dan Benyamin Mola Jakarta Pustaka Utama Grati, 1991 Lih. Nico Syukur Dister, Teologi Sistematika 2 Yogyakarta Kanisius, 2004 Lih. Zachary Hayes, Vision of a Future A Study of Christian Eschatology New Theology Studies Vol. 8 Minnesota A Michael Glazier Book, The Liturgical Press, 1987 Lih. Dister, Teologi Sistematika 2, op. cit., Konkupisensi Latin concupiscence umumnya berarti keinginan. Dalam pengertian yang lebih sempit konkupisensi adalah keinginan tidak teratur dalam diri manusia yang disebabkan oleh dosa asal, dan tetap ada dalam diri manusia meskipun ia telah dibaptis. Lih. Gerald O’Collins dan Edward G. Farrugia, Kamus Teologi Yogyakarta Kanisius, 1996 Maurizio Flick meninggal pada 1979 adalah seorang teolog dogmatik Universitas Gregoriana, Roma. Ia pernah menulis artikel berjudul “Peccato Originale” dalam Nuovo Dizionario di Dikutip dari Albertus Sujoko, Praktek Sakramen Pertobatan Yogyakarta Kanisius, 2008 Karl Rahner 1904-1984 adalah teolog Katolik Roma yang berpengaruh pada abad ke-20. 10 Lih. Otto Hentz, Pengharapan Kristen Kanisius Yogyakarta, 2005 Lih. Dister, op. cit., Karl Rahner, “The Death of Jesus and the Closure of Revelation”, dalam Theological Investigations New York Crossroad, 1984 Hentz, Pengharapan Kristen, loc. Tom Jacob ed., Rahmat Bagi Manusia Lemah Yogyakarta Kanisius, 1987 David M. Hay & E. Elizabeth Johnson eds., Pauline Theology, Volume I Romans Minneapolis Fortress Press, 1995 Ibid., Manfred T. Brauch adalah teolog Alkitab di Eastern Theological Seminary, Philadelphia. Salah satu tulisannya mengulas empat puluh delapan ucapan Paulus yang sulit Hard Saying’s of Paul.19 Dalam Perjanjian Lama, Allah memberikan Hukum Taurat kepada Bangsa Israel di gunung Sinai lewat perantaraan Musa. Paulus juga berpendapat demikian Rm. 710.20 Lih. Manfred T. Brauch, Ucapan Paulus yang Sulit, terj. Fenny Veronica Malang SAAT-Seminari Alkitab Asia Tenggara, 2012 Ibid., Jacob, Rahmat Bagi Manusia Lemah, op. cit., 102. 23 Hentz, op. cit., Pranadi Kematian dan Kehidupan Abadi 269Melintas Vol. 34, No. 3, 201824 Lih. H. Pidyarto Gunawan, Umat Bertanya, Romo Pid Menjawab – Seri Konsultasi Iman 5 Yogyakarta Kanisius, 2001 Lih. Konferensi Waligereja Indonesia, Kompendium Katekismus Gereja Katolik YogyakartaKanisius, 2009 Salah satu sumbangan pemikiran Plato adalah ajarannya tentang jiwa dan badan dalam diri manusia. Bagi Plato, jiwa dan badan dipandang sebagai dua kenyataan yang harus dibedakan. Jiwa dan badan tidak saling tergantung satu sama lain. Jiwa adalah sesuatu yang adikodrati, bersifat kekal, tidak dapat dihancurkan, dan tidak akan mati. Sebelum manusia hidup di dunia ini, jiwanya sudah ada praeksistensi jiwa. Setelah kehidupan manusia di dunia berakhir, manusia mati. Badan manusia akan hancur, tetapi jiwanya tetap hidup setelah Bagi kaum Platonis tubuh dipahami sebagai penjara bagi Bdk. Hayes, Vision of a Future, op. cit., Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI, Dokumen Konsili Vatikan II Jakarta Obor, 1993 540; Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes, art. 14; tekanan dari Yesus Kristus disebut Sang Sabda yang menjadi daging. “Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah” Yoh. 11; “Firman itu telah menjadi manusia” Yoh. 114.31 Lih. Deshi Ramadhani, Lihatlah Tubuhku Membebaskan Seks bersama Yohanes Paulus II Yogyakarta Kanisius, 2009 Lih. pokok ke-4 dalam Audiensi Umum Paus Yohanes Paulus II pada Rabu, 20 Februari 1980. Judul tulisannya “Man Enters the World as a Subject of Truth and Love”; access Bdk. C. Groenen & Stefan Leks, Percakapan Tentang Agama Katolik Yogyakarta Lembaga Biblika Indonesia-Kanisius, 1993 Prefasi Latin praefatio adalah doa pujian dan syukur meriah, yang merupakan bagian pertama dari Doa Syukur Agung dalam Perayaan Ekaristi. Inti sari Prefasi adalah ucapan syukur atas karya penebusan Lih. Konferensi Waligereja Indonesia KWI, Tata Perayaan Ekaristi Yogyakarta Kanisius, 2005 Hentz, op. cit., Lih. Hans Küng, Eternal Life? Life after Death as a Medical, Philosophical, and Theological Problem, terj. Edward Quinn London Collins, 1984 213-218. Frase “dying with Christian dignity” diterjemahkan “mati dengan martabat kristiani”.38 Ibid., Kaum Stoa Yun yang dikenal dengan stoisisme merupakan aliran lsafat Yunani-Romawi yang berdiri pada 108 SM di Athena oleh Zeno dari Citium. Ideal Stoisisme adalah manusia bijaksana yang hidup selaras dengan alam, mengendalikan afeksi-afeksinya, menanggung penderitaan secara tenang, dan tujuan hidupnya adalah “rasa puas” dengan kebajikan sebagai satu-satunya sumber kebahagiaan eudaimonia. Sama seperti golongan Epikuros, kaum Stoa juga tidak percaya akan kebangkitan seperti yang diyakini orang-orang Küng, op. cit., Bdk. ketika Yesus berdoa kepada Bapa-Nya di Taman Getsmani, Ia berkata “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambilah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah 270kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi” Luk. 2244242 Küng, Eternal Life?, op. cit, Kata Ruah dalam bahasa Ibrani Ruakh’ berarti napas Kej. 617, angin Kel. 1013 atau kuasa Ilahi Yeh. 399.44 Lih. Thomas P. Rausch, Katolisisme Teologi Bagi Kaum Awam, Yogyakarta Kanisius, 2001 Ibid., Ibid., V. Indra Sanjaya, Menelusuri Tulisan-Tulisan Deuterokanonika Kanisius- Lembaga Biblika Indonseia, 2015 “Syahadat apostolik Syahadat Para Rasul, dinamakan demikian karena dengan alasan kuat ia dipandang sebagai rangkuman setia dari iman para Rasul, ...Itulah simbolum yang dijaga Gereja Roma ... ” lih. Katekismus Gereja Katolik No. 194; tekanan dari saya. 49 Lih. P. Herman Embuiru Penerj., Katekismus Gereja Katolik Ende Arnoldus, 1995 Ibid., Lih. Gerald O’Collins dan Edward G. Farrugia, Kamus Teologi Yogyakarta Kanisius, 1996 D. Guthrie, Alec Motyer, et. al. Penerj., Tafsiran Alkitab Masa Kini 3; Matius-Wahyu Jakarta BPK Gunung Mulia, 1981 John Barton dan John Muddiman eds., The Oxford Bible Commentary New York Oxford University Press, 2001 Guthrie, Motyer, et. al. Penerj., op. cit, Peter C. Phan, 101 Tanya Jawab tentang Kematian dan Kehidupan Kekal, terj. A. Widyamartaya Yogyakarta Kanisius, 2005 156. 56 Lih. ibid., 155, bahwa Yesus setelah kebangkitan-Nya berada dengan cara yang baru, “Dengan tubuh-Nya yang bangkit, yang dipenuhi dengan daya kuasa Roh, Kristus beralih dari keadaan kematian kepada kehidupan yang lain melampaui ruang dan waktu.”57 Ungkapan Maxime Du Camp’s dalam Souvenirs littéraires. Lih. C. H. C. Wright, A History of France Literature New York Haskel House Publishers, 1969 Lih. Krispurwana Cahyadi, Benediktus XVI Yogyakarta Kanisius, 2010 Spe Salvi “Harapan yang Menyelamatkan” adalah esnsiklik Paus Benediktus XVI yang terbit pada 30 November Lih. Spe Salvi art. 10; access tekanan dari Cahyadi, Benediktus XVI, op. cit., Dister, Teologi Sistematika 2, op. cit., 585-58663 Lih. Majalah Rohani; “Menggagas Akhir Zaman”, No. 03, Tahun ke-63, Maret Bdk. Hentz, op. cit., Lih. Joseph Ratzinger, Eschatology Death and Eternal Life, terj. Michael Waldstein, ed. Aidan Nichols Washington, The Catholic University of America Press, 1988 194, “The new world cannot be imagined. Nothing concrete or imaginable can be Y. Pranadi Kematian dan Kehidupan Abadi 271Melintas Vol. 34, No. 3, 2018said about the relation of man to matter in the new world, or about the risen body.”66 Küng, Eternal Life?, op. cit., Lih. M. Bons-Storm, Pastoral Kematian Yogyakarta Pusat Pastoral, 2004 No. Lih. Terence Nichols, Death and Afterlife A Theological Introduction Michigan Brazos Press, 2010 Hentz, op. cit., 79. 70 Küng, op. cit., 217-218. Mathias AdonYulianus Hironi NduaPenelitian ini berfokus pada ajaran Gereja Katolik tentang neraka. Gereja Katolik mengajarkan hukuman utama di neraka adalah terpisah secara kekal dari Allah KGK. 1035. Keterpisahan dengan Allah menyebabkan manusia kehilangan penglihatan yang membahagiakan dengan Allah. Maka penelitian ini bertujuan menjelaskan bahwa neraka bukanlah sebuah tempat. Gambaran tentang neraka dalam Injil merupakan bahasa apokaliptik yang digunakan Yesus sebagai peringatan kepada orang-orang yang tidak mau menghiraukan amanat-Nya serta tidak mau mengadakan perubahan hidup yang selaras dengan warta keselamatan. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh munculnya ajaran-ajaran yang mengajarkan bahwa neraka adalah sebuah tempat yang menakutkan, kejam dan penuh siksaan. Akibatnya, gambaran tentang Allah yang berbelas kasih dan berkehendak menyelamatkan semua orang tidak diperhatikan. Padahal gambaran tentang neraka bertujuan untuk menegaskan hakikat manusia yang berasal dari Allah. Penelitian ini menggunakan studi literatur kepustakaan yang menemukan bahwa Yesus tidak pernah mengajarkan tentang neraka. Pengajaran Yesus berpusat pada Kerajaan Allah. Gambaran-gambaran apokaliptik neraka yang digunakan Yesus bertujuan mendesak para pendengar-Nya untuk bertobat dan percaya kepada kabar baik keselamatan. Karena itu, penelitian ini memberi sumbangan pada kesadaran bahwa Allah menghendaki agar semua orang pencarian penerus Cak Nur dalam program “Kader Pemikir Islam Indonesia” ini telah menyasar mahasiswa, dosen, pemerhati dan praktisi pemikiran Islam Indonesia dari seluruh wilayah Indonesia. Besar harapan ke hari-hari depan, para kader tetap berkomitmen bersama lembaga-lembaga se-visi dan se-misi dalam mengembangkan Pemikiran Islam Indonesia dan mempromosikannya dalam buku-buku dan jurnal-jurnal ilmiah dan menjadi rujukan para pembelajar pemikiran Islam dari Nurcholish Madjid; sebagai generasi baru Sistematika 2 Ekonomi KeselamatanNico DisterSyukurDister, Nico Syukur. Teologi Sistematika 2 Ekonomi GuthrieAlec MotyerGuthrie, D., Alec Motyer, et. al. Penerj.. Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius-Wahyu. Jakarta BPK Gunung Mulia, of a Future; A Study of Christian Eschatology New Theology Studies V. 8. Minnesota A Michael Glazier BookZachary HayesHayes, Zachary. Vision of a Future; A Study of Christian Eschatology New Theology Studies V. 8. Minnesota A Michael Glazier Book. The Liturgical Press Collegeville, Life? Life after Death as a Medical, Philosophical, and Theological ProblemHans LihKüngLih. Hans Küng, Eternal Life? Life after Death as a Medical, Philosophical, and Theological Problem, terj. Edward Quinn London Collins, 1984 213-218. Frase "dying with Christian dignity" diterjemahkan "mati dengan martabat kristiani".Kamus Teologi. Terj. I. SuharyoO'collinsEdward G Gerald DanFarrugiaO'Collins, Gerald dan Edward G. Farrugia. Kamus Teologi. Terj. I. Suharyo [Judul asli A Concise Dictionary of Theology]. Yogyakarta Kanisius, Tanya Jawab tentang Kematian dan Kehidupan KekalPeter C PhanPhan, Peter C. 101 Tanya Jawab tentang Kematian dan Kehidupan Kekal. Terj. A. Widyamartaya [Judul asli Responses to 101 Questions on Death and Eternal Life 1997]. Yogyakarta Kanisius, Bertanya, Romo Pid Menjawab -Seri Konsultasi Iman 5H PidyartoGunawanPidyarto, H. Gunawan. Umat Bertanya, Romo Pid Menjawab -Seri Konsultasi Iman 5. Yogyakarta, Kanisius, Resurrection of The Dead -Journal ConciliumAndrés QueirugaLuiz TorresCarlosQueiruga, Andrés Torres, Luiz Carlos Susin, Jon Sobrino Eds. The Resurrection of The Dead -Journal Concilium. London SCM Press, 2006/ Manusia Dalam Pandangan PlatoHieronymus SimorangkirSimorangkir, Hieronymus. "Jiwa Manusia Dalam Pandangan Plato. Dalam Jurnal Fakultas Filsafat-Theologi Universitas Katolik St. Thomas Logos, Vol. 3 No. 2 Juni 2004, 88-89.
\ntidak kekal bisa mati
padatanggal 6 Juni 1982. "Kalau ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberikan hidup kepadanya, yaitu mereka, yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang mendatangkan maut: tentang itu tidak kukatakan, bahwa ia harus berdoa.
Sifat Allah merupakan sifat sempurna yang hanya dimili oleh Allah SWT. sebagai seorang muslim yang baik sebaiknya kita mengetahui Sifat Wajib maupun Sifat Mustahil yang dimiliki Allah SWT agar ke iman nan kita kepada Allah semakin kuwat, berikut Sifat Wajib dan Mustahil bagi Allah SWT yang perlu kita ketahui Sifat Wajib dan Mustahil bagi Allah 20 Sifat Wajib Bagi Allah 1. Wujud Ada - ﻭﺟﻮﺩ Adanya Allah itu bukan karena ada yang menciptakan nya, tetapi Allah itu ada dengan zat-Nya sendiri. Dalil Aqli Adanya semesta alam yang kita lihat cukup untuk dijadikan sebagai alasan bahwa Allah itu ada, sebab tidak masuk akal seandainya ada sesuatu yang dibuat tanpa ada yang membuatnya. Dalil Naqli جلقالسموات والارض وما بينهمافي ستةايام ﷲالذى "Allahlah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya dalam waktu enam hari." QS. AS sajdah4 2. Qidam Dahulu/Awal - ﻗﺪﻡ Sifat Allah ini menandakan bahwa Allah sebagai Pencipta yang lebih dulu Ada daripada semesta alam yang Ia ciptakan. Dalil aqli Qidam hakikatnya adalah menafikan bermulanya wujud Allah SWT. Seandainya Allah tidak qodim, mesti Allah hadits, sebab tidak ada penengah antara hadits dan qodim. Apabila Allah hadits maka mesti membutuhkan muhdits yang membuat nya mislakan A, dan muhdits A mesti membutuhkan Muhdits yang lain, misalnya B. Kemudian muhdits B mesti membutuhkan muhdits yang lain juga, misalnya C. Begitulah seterusnya tidak ada ujung, maka dikatakan tasalsul peristiwa berantau, dan apabila yang ujung membutuhkan kepada Allah maka dikatan daur peristiwa berputar. Setiap tasalsul dan daur adalah mustahil menurut akal sehat. Maka setiap yang mengakibatkan tasalsul dan daur, yaitu hudutsnya Allah adalah mustahil, maka Allah wajib dan pasti bersifat Qidam. Dalil Naqli هوالاول والاخروالظاهروالباطن "Dialah yang awal dan yang akhir Yang zhohir dan yang bathin." QS. Al-Hadid3 3. Baqa’Kekal - ﺑﻘﺎﺀ Allah merupakan suatu zat yang Abadi dan Kekal Selamanya karena allah bersifat Baga' Kekal. Dalil Aqli Seandainya Allah tidak wajib Baqa' kekal, maka tidak akan disifati Qidam. Sedangkan Qidam tidak bisa dihilangkan dari Allah berdasarkan dalil yang ada dalam sifat Qidam dahulu. Dalil Naqli كلشئ هالك إلاوجهه "Tiap sesuatu akan binasa lenyap kecuali Dzat-nya." QS. Qoshos88 4. Mukhalafatuhu Lilhawadith berbeda dengan Ciptaannya - ﻣﺨﺎﻟﻔﺘﻪ ﻟﻠﺤﻮﺍﺩﺙ Sifat ini menunjukkan bahwa Allah SWT berbeda dengan yang ia ciptakan, tidak ada hal di dunia ini yang menyerupainya. Dalil Aqli Apabila Allah menyerupai makhluknya, niscaya Allah dalah baru Hadits, sedangkan Allah baru adalah sebuah hal yang mustahil. Dalil Naqli ليس كمثله شيئ وهوالسميع البصير "Tidak ada sesuatu apapun yang serupa dengan Nya Allah, dan dia lah Allah yang maha mendengar lagi maha melihat." QS. Asy-Syuro11 5. Qiyamuhu Binafsihi Berdiri Sendiri - ﻗﻴﺎﻣﻪ ﺑﻨﻔﺴﻪ Artinya Bahwa Allah SWT itu berdiri dengan zat sendiri tanpa membutuhkan bantuan yang lain. Maksudnya, keberadaan Allah SWT itu ada dengan sendirinya tidak ada yang mengadakan atau Allah SWT menciptakan alam semesta ini karena kehendak sendiri tanpa minta pertolongan siapapun. Dalil Aqli Seadainya Allah membutuhkan dzat, niscaya Allah adalah sifat, sebab hanya sifatlah yang selalu membutuhkan dzat, sedangkan dzat selamanya tidak membutuhkan dzat lain untuk berdirinya. Apabila Allah “Sifat” adalah mustahil, sebab apabila Allah “sifat”, maka Allah tidak akan disifati dengan sifat Ma’ani dan Ma’nawiyah, sedangkan sifat tersebut adalah termasuk sifat-sifat yang wajib bagi Allah berdasarkan dalil-dalil tertentu. Berarti apabila Allah tidak disifati dengan sifat Ma’ani dan Ma’nawiyah adalah salah Bathil, dan batal pula sesuatu yang mengakibatkannya, yaitu butuhnya Allah kepada dzat. Apabila batal butuhnya Allah kepada dzat maka tetap Maha kaya istighnanya Allah dari dzat. Seandainya Allah membutuhkan sang pencipta, niscaya Allah baru Hadts, sebab yang membutuhkan pencipta hanyalah yang baru sedangkan dzat qodim tidak membutuhkannya. Dan mustahil Allah Hadits, karena segala sesuatu yang hadits harus membutuhkan sang pencipta mujid yang kelanjutannya akan mengakibatkan daur peristiwa berputar atau tasalul peristiwa berantau. Dalil Naqliإن اﷲ لغنى عن العا لمين "Sesungguhnya Allah benar-benar maha kaya tidak memerlukan sesuatu dari alam semesta." QS. Al Ankabut6 6. Wahdaniyyah Tunggal/Esa - ﻭﺣﺪﺍﻧﻴﺔ Artinya Bahwa Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Esa, baik itu Esa zat-Nya, sifat-Nya, maupun perbuatannya. Esa zat-Nya maksudnya zat Allah bukanlah hasil dari penjumlahan dan perkiraan atau penyatuan satu unsur dengan unsur yang lain. Esa sifat-Nya artinya semua sifat-sifat kesempurnaan bagi Allah SWT tidak sama dengan sifat-sifat pada mahluk yang diciptakan Nya. Esa perbuatan-Nya berarti Allah SWT berbuat sesuatu tidak dicampuri oleh perbuatan mahluk lain dan tanpa membutuhkan proses atau waktu. Allah SWT berbuat karena kehendak-Nya sendiri tanpa ada yang bisa mencampurinya. Dalil Naqli لوكان فيهماالهةإلااﷲ لفسد تا "Seandainya di langit dan dibumi ada tuhan-tuhan selain Allah, niscaya langit dan bumi akan rusak." QS. Al Anbiya22 7. Qudrat Berkuasa - ﻗﺪﺭﺓ Kekuasaan Allah SWT, atas segala sesuatu itu mutlak, tidak ada batasnya dan tidak ada yang membatasi, baik terhadap zat-Nya sendiri maupun terhadap makhluk-Nya. Berbeda dengan kekuasaan manusia ada batasnya dan ada yang membatasi. Dalil Aqli Jika Allah tidak berkemampuan maka Allah lemahAjzun, dan apabila Allah lemah maka tidak akan mampu menciptakan makhluk hidup maupun seluruh alam semesta ini. Dalil Naqli إن اﷲعلى كل شيى قد ير "Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu." QS. Al-Baqarah20 8. Iradah berkehendak - ﺇﺭﺍﺩﺓ Allah SWT telah menciptakan alam semesta beserta isinya atas kehendak-Nya sendiri, tanpa ada campur tangan dari pihak lain, Apapun yang Allah SWT kehendakin pasti akan terjadi. Dalil Aqli Seandainya allah tidak bersifat berkehendak niscaya bersifat terpaksa karohah, dan allah bersifat terpaksa adalah mustahil karena tidak akan disifati qudrot, akan tetapi tidak disifatinya Allah dengan sifat qudrot adalah hal yang mustahil, sebab hal itu akan berakibat lemahnya Alla, sedangkan lemahnya Allah merupakan hal yang mustahi, karena tidak akan mampu membuat sesuatu sedikitpun. Dalil Naqli ان ربك فعال لمايريد "Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang dia kehendaki." QS. Hud107 9. Ilmu Mengetahui - ﻋﻠﻢ Allah SWT memiliki pengetahuan dan kepandaian akan segala hal, artinya ilmu Allah tidak terbatas dan tidak pula dibatasi. Allah SWT mengetahui segala sesuatu yang ada di alam semesta, baik yang tampak maupun yang gaib. Bahkan, apa yang dirahasiakan didalam hati manusia sekali pun. Dalil Aqli Seandainya Allah tak berilmu niscaya tidak akan berkehendak, sedangkan allah tidak berkehendak adalah mustahil, karena tidak akan disifati qudrot, akan tetapi Allah tidak disifati dengan qudrot adalah mustahil, sebab akan berakibat lemahnya Allah. Sedangkan lemahnya Allah adalah hal yang mustahil, karena tidak akan mampu membuat sesuatu sedikitpun. Dalil Naqliوهوبكل شيى عليم "Dan dia Allah maha mengetahui segala sesuatu." Hadid3 & Baqaroh29 10. Hayat Hidup - ﺣﻴﺎﺓ Artinya Hidupnya Allah tidak ada yang menghidupkannya melainkan hidup dengan zat-Nya sendiri karena Allah Maha Sempurna, berbeda dengan makhluk yang diciptakan-Nya. Contohnya Kambing ada yang menghidupkan. Selain itu, mereka juga mebutuhkan makanan, minum dan lainnya. Akan tetapi, hidupnya Allah SWT tidak membutuhkan semua itu. Allah SWT hidup selama-lamanya, tidak mengalami kematian. Dalil Aqli Seandainya Allah tidak hidup maka tidak akan disifati Qudrot, akan tetapi Allah tidak disifati dengan Qudrot merupakan hal mustahil, sebab akan berakibat lemahnya Allah, sedangkan lemahnya Allah adalah hal yang mustahil, karena tidak akan mampu membuat sesuatu barang sedikitpun. Dalil Naqliوتو كل على الحى الذ ى لايمو ت "Dan bertakwalah kepada Allah yang hidup yang tidak mati." QS. Al-Furqon58 11. Sama’ Mendengar - ﺳﻤﻊ Allah SWT dapat mendengar semua suara yang ada di alam semesta. Tidak ada suara yang terlepas dari pendengaran Allah SWT walaupun suara itu sangat pelan. Pendengaran Allah SWT berbeda dengan pendengaran Ciptaan-Nya karena Ia tidak terhalang oleh suatu apapun, sedangkan pendengaran Ciptaan-Nya dibatasi oleh ruang dan waktu.”Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui QS. Al Maidah76 12. Basar Melihat - ﺑﺼﺮ Allah SWT melihat segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. penglihatan Allah bersifat mutlak, artinya tidak dibatasi oleh jarak dan tidak dapat dihalangi oleh penghalang misal dinding. Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, sekecil apapun, tampak atau tidak tampak, pasti semuanya akan terlihat oleh Allah SWT.”Dan Allah maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” QS. al-Baqarah 265 13. Kalam Berbicara / Berfirman - ﻛﻼ ﻡ Allah SWT bersifat kalam artinya Allah berfirman dalam kitab-Nya yang diturunkan kepada para nabi dan rasul-Nya. Pembicaraan Allah SWT tentu tidak sama dengan pembicaraan manusia karena Allah SWT tidak berorgan panca indra, seperti lidah dan mulut yang dimiliki oleh manusia. Allah SWT berbicara tanpa menggunkan alat bantu yang berbentuk apapun sebab sifat kalam Allah sangat sempurna. Sebagai bukti bahwa adanya wahyu Allah SWT berupa al qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para rasul sebelum Nabi Muhammad SAW."Dan Allah berkata kepada Musa dengan satu perkataan yang jelas.” QS. AnNisa’164 14. Kaunuhu Qadirun - ﻛﻮﻧﻪ ﻗﺎﺩﺭﺍ Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkuasa Mengadakan Dan Mentiadakan.“Sesungguhnya Alllah berkuasa atas segala sesuatu.“ QS. Al Baqarah20. 15. Kaunuhu Muridun - ﻛﻮﻧﻪ ﻣﺮﻳﺪﺍ Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Menghendaki dan menentukan tiap-tiap sesuatu, Ia berkehendak atas nasib dan takdir manusia.“Sesungguhnya Tuhanmu Maha Melaksanakan apa yang Dia kehendaki." QS. Hud107 16. Kaunuhu Alimun - ﻛﻮﻧﻪ ﻋﺎﻟﻤﺎ Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Mengetahui akan Tiap-tiap sesuatu, mengetahui segala hal yang telah terjadi maupun yang belum terjadi, Allah pun dapat mengetahui isi hati dan pikiran manusia.“Dan Alllah Maha Mengetahui sesuatu.“ QS. An Nisa’176 17. Kaunuhu Hayyun - ﻛﻮﻧﻪ ﺣﻴﺎ Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Hidup, Allah adalah Dzat Yang Hidup, Allah tidak akan pernah mati, tidak akan pernah tidur ataupun lengah."Dan bertakwalah kepada Allah yang hidup kekal dan yang tidak mati." QS. Al Furqon58 18. Kaunuhu Sami’un - ﻛﻮﻧﻪ ﺳﻤﻴﻌﺎ Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Mendengar, Allah selalu mendengar pembicaraan manusia, permintaan atau doa hambaNya.“Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.“ QS. Al Baqoroh256 19. Kaunuhu Basirun - ﻛﻮﻧﻪ ﺑﺼﻴﺭﺍ Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Melihat akan tiap-tiap yang Maujudat Benda yang ada .Allah selalu melihat gerak-gerik kita. Oleh karena itu, hendaknya kita selalu berbuat baik.“Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.“ QS. Al Hujurat 18 20. Kaunuhu Mutakallimun - ﻛﻮﻧﻪ ﻣﺘﻜﻠﻤﺎ Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkata-kata, Allah tidak bisu, Ia berbicara atau berfirman melalui ayat-ayat Al Quran. Bila Al-Quran telah kita jaikan pedoman hidup, maka kita telah patuh dan tunduk terhadap Allah SWT. Sifat-Sifat Mustahil bagi Allah Sifat Mustahil Bagi Allah artinya Sifat Yang Tidak Mungkin ada pada Allah Swt. Sifat Mustahil Allah merupakan Lawan Kata/Kebalikan dari Sifat Wajib Allah Berikut dibawah ini adalah 20 sifat-sifat mustahil bagi Allah SWT 1. Adam - ﻋﺪﻡ artinya tiada bisa mati 2. Huduth - ﺣﺪﻭﺙ artinya baharu bisa di perbaharui 3. Fana’ - ﻓﻨﺎﺀ artinya binasa tidak kekal / bisa mati 4. Mumathalatuhu Lilhawadith - ﻣﻤﺎﺛﻠﺘﻪ ﻟﻠﺤﻮﺍﺩﺙ artinya menyerupai akan makhlukNya. 5. Qiyamuhu Bighayrih - ﻗﻴﺎﻣﻪ ﺑﻐﻴﺮﻩ artinya berdiri dengan yang lain ada kerjasama 6. Ta’addud - ﺗﻌﺪﺩ artinya berbilang – bilang / banyak lebih dari satu. 7. Ajz - ﻋﺟﺰ artinya lemah tidak kuat. 8. Karahah - ﻛﺮﺍﻫﻪ artinya terpaksa bisa di paksa / Tertegah tidak bisa menentukan. 9. Jahlun - ﺟﻬﻞ artinya jahil bodoh. 10. Maut - ﺍﻟﻤﻮﺕ artinya mati bisa mati. 11. Syamam - ﺍﻟﺻمم artinya tuli. 12. Umyu - ﺍﻟﻌﻤﻲ artinya buta. 13. Bukmu - ﺍﻟﺑﻜﻢ artinya bisu. 14. Kaunuhu Ajizan - ﻛﻮﻧﻪ ﻋﺎﺟﺰﺍ artinya Keadaannya yang Lemah. 15. Kaunuhu Karihan - ﻛﻮﻧﻪ مكرها artinya Keadaannya yang Terpaksa. 16. Kaunuhu Jahilan - ﻛﻮﻧﻪ ﺟﺎﻫﻼ artinya Keadaannya yang Bodoh. 17. Kaunuhu Mayyitan - ﻛﻮﻧﻪ ﻣﻴﺘﺎ artinya Keadaannya yang Mati. 18. Kaunuhu Asam - ﻛﻮﻧﻪ ﺃﺻﻢ artinya Keadaanya yang Tuli. 19. Kaunuhu A’ma - ﻛﻮﻧﻪ ﺃﻋﻤﻰ artinya Keadaannya yang Buta. 20. Kaunuhu Abkam - ﻛﻮﻧﻪ ﺃﺑﻜﻢ artinya Keadaannya yang Bisu. Sekian Artikel tentang 20 Sifat Wajib bagi Allah beserta sifat Mustahil nya, semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi kita semua. 20 Sifat Wajib dan Mustahil bagi Allah Beserta Dalil MARKIJAR MARi KIta belaJAR Nats: Yohanes 3 : 15 - 16 " Ayat 15: Supaya setiap orang yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal. Ayat 16: Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.". Prinsip ini memang bertentangan dengan pengertian orang Yahudi: seorang Jawaban ✅ untuk TIDAK KEKAL BISA MATI dalam Teka-Teki Silang. Temukan jawaban ⭐ terbaik untuk menyelesaikan segala jenis permainan puzzle Di antara jawaban yang akan Anda temukan di sini yang terbaik adalah FANA dengan 4 huruf, dengan mengkliknya Anda dapat menemukan sinonim yang dapat membantu Anda menyelesaikan teka-teki silang Anda. Solusi terbaik 0 0 0 0 Apakah itu membantu Anda? 0 0 Frasa Jawaban Huruf Tidak Kekal Bisa Mati Fana 4 Tidak Kekal Bisa Mati Tidak Hidup Tapi Bisa Mati 26 Solusi dari pengguna Pengguna Jawaban Huruf Anonim Tidak Hidup Tapi Bisa Mati 26 Anonim Tidak Kekal 11 Bagikan pertanyaan ini dan minta bantuan teman Anda! Apakah Anda tahu jawabannya? Jika Anda tahu jawabannya dan ingin membantu komunitas lainnya, kirimkan solusi Anda Serupa
Hukumanmati bagi kes tertentu patut kekal - Ramkarpal faktor-faktor mitigasi yang dapat membolehkan seseorang yang dituduh membebaskan dirinya dari hukuman mati. "Tidak syak lagi ia bukan
Jika Yesus Allah, Mengapa Bisa Mati? Oleh Yolanda Saya banyak mengamati perdebatan antara kaum Muslim dan Kristen Trinitas di internet, dan berikut adalah kalimat yang selalu digunakan oleh saudara-saudara kaum Muslim untuk membuktikan bahwa Yesus bukan Allah “Jika Yesus Kristus adalah Allah, mengapa Dia bisa mati? Allah tidak dapat mati!” dan nampaknya kaum Kristen Trinitas tidak dapat memberikan jawaban Alkitabiah yang jelas dan tegas. Betapa sedihnya melihat jauhnya ajaran Kekristenan telah lari dari doktrin dasar di mana gereja Kristus seharusnya berdiri. “Lalu Yesus bertanya kepada mereka "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Simon Petrus “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Kata Yesus kepadanya “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Akupun berkata kepadamu Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.” Matius 16 di atas menunjukkan doktrin dasar Kristus dimana Gereja-Nya harus didirikan; yaitu Yesus Kristus adalah benar-benar Anak Allah. Nampaknya Lusifer tidak menyenangi fakta ini. Berbagai cara telah dia lakukan untuk menyembunyikan kePuteraan Kristus yang sebenarnya. Sebelum bumi diciptakan, Yesus Kristus yang bernama Mikhael, sudah disebut Anak Allah. Kelahiran Kristus dari Allah Bapalah yang membuat Dia berhak mewarisi KeAllahan/KeIlahian Bapa. Hal ini membuat Lusifer cemburu baca juga artikel ini “Mengapa Dosa Diizinkan”. Memang ada denominasi Kristen tertentu yang mengartikan bahwa Gereja Kristen didirikan di atas nama Petrus yang dalam bahasa Gerika Petros-G4074 berarti “batu,” tetapi sesuai dengan konteks ayat tersebut di atas, Yesus sedang berbicara tentang Diri-Nya, Dia sedang menanyakan apakah murid-murid-Nya tahu dan percaya bahwa Dia adalah benar-benar Anak lahir Allah yang hidup. Topik diskusi saat itu bukan tentang identitas Petrus, tetapi tentang identitas Yesus. Kristus adalah batu karang itu 1 Korintus 104. Yesus Kristus-Anak Allahlah dasar Gereja Kristen. Bukan Petrus-manusia biasa. Doktrin dasar inilah yang hilang dari Gereja yang mengaku Kristen. Sesuai sejarah yang benar, Gereja Kristen mula-mula percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah yang benar-benar lahir dari Bapa Untuk pelajaran selanjutnya tentang topik ini, klik artikel berikut “Penyerangan Atas Fondasi Kekristenan” Bab 3 dari buku “Kasih Allah Sedang Diadili”.Sekali lagi, menurut ayat di atas, fondasi Gereja Kristen seharusnya berdiri di atas iman Yesus Kristus sebagai Anak lahir Allah Bapa Yohanes 114,18; dan 316,18, dan bukan di atas iman yang mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah secara kiasan, metafora atau lambang saja seperti ajaran Trinitas. Menurut pengamatan saya, hal inilah yang menyebabkan kaum Trinitas Kristen tidak akan pernah mampu memberikan jawaban Alkitabiah yang jelas dan memuaskan atas tantangan dari kaum Muslim tersebut. Untuk pelajaran selanjutnya tentang Anak Lahir Bapa, klik artikel berikut “Diperanakkan/Begotten” , “Kristus Dilahirkan Bukan Diciptakan” dan Yesus sudah disebut Anak Allah sebelum bumi dan dosa ada-klik artikel berikut “Mengapa Dosa Diizinkan?”.Sebenarnya jawabannya sangat sederhana. Yesus bisa mati sebab Dia adalah Anak Allah dalam arti literal/harafiah. Bapa adalah satu-satunya Sumber Hidup. Sumber Hidup itu melahirkan/mengeluarkan Firman-Nya. Firman itu menjadi makhluk hidup yang bukan saja hanya dapat didengar tetapi dapat dilihat oleh seluruh makhluk hidup di alam semesta. Rupa dan wajah dari Firman Allah itu mirip sekali dengan Bapa-Nya Ibrani 13, sebab mereka adalah benar-benar Bapa dan anak. Oleh sebab Yesus keluar dari Bapa, maka Dia bukan Sumber Hidup itu, melainkan berasal dari, atau menerima hidup dari Sumber Hidup itu sendiri. “Namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.” 1 Korintus 8-6.“Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri.” Yohanes 5 Bapa tidak dapat mati 1 Timotius 117 sebab Dia adalah Sumber Hidup yang Kekal. Kata kekal itu sendiri berarti selamanya tidak mati. Ibarat suatu sumber/mata air, apakah yang akan terjadi pada semua makhluk dan tumbuhan yang hidup di seluruh alam semesta ini yang hidupnya bergantung pada satu sumber mata air, dan mata air itu tiba-tiba mati? Tentu saja semuanya akan mati juga. Oleh karena Yesus bukan Sumber hidup itu melainkan Saluran hidup, maka Yesus bisa mati tanpa mengakibatkan kematian seluruh planet lain di alam semesta ini yang tidak jatuh ke dalam dosa. Perhatikan ke dua ayat di atas, Yesus berkata bahwa Dia menerima hidup-Nya dari Bapa. Dia tidak pernah mengatakan bahwa Dia adalah Sumber Hidup itu. Dia berkata bahwa Dia adalah satu-satunya saluran atau jalan kepada Sumber Hidup itu“Kata Yesus kepadanya "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” Yohanes 14 berkata bahwa Bapa lebih besar dari semua“Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.” Yohanes 1029.“Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku.” Yohanes 14 para penganut Trinitas tidak menerima ajaran Kristus dalam Yohanes 1428 dan Yohanes 526 sebagai ajaran literal. Mereka menganggap bahwa Yesus berkata-kata dalam bahasa kiasan saja, sebab mereka harus mengakomodasikan ajaran mereka. Tetapi hal ini merupakan suatu kesalahan besar! Manusia tidak cukup bijak untuk menentukan mana perkataan Kristus yang literal mana yang kiasan. Tugas kita adalah mempelajari Alkitab sesuai dengan konteksnya, dan membandingkan Alkitab dengan Alkitab, bukan membandingkan dengan konsep kita konkordansi “Strong,” kata hidup dalam Yohanes 526 berasal dari kata Gerika ZOE G2222 yang berarti hidup selamanya atau hidup kekal. Hidup kekal atau zoe inilah yang terputus ketika Adam jatuh ke dalam dosa. Oleh sebab itu, setelah kejatuhan manusia Adam, proses kematian kita mulai terjadi. Adam yang diciptakan dengan hidup kekal zoe sama seperti hidup Allah Bapa, berubah menjadi hidup sementara atau fana, yaitu hidup yang terputus dari Sumber Hidup. Hidup yang fana ini diterjemahkan dari kata Gerika PSUCHE G5590 dan digunakan untuk menggambarkan hidup manusia dalam keadaan yang terputus dari Sumber hidupnya. Kata hidup yang fana atau psuche ini digunakan dalam ayat-ayat berikut“Karena itu Aku berkata kepadamu Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?” Matius 625.“Kemudian kata-Nya kepada mereka "Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?" Tetapi mereka itu diam saja.” Markus 34.“Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya.” Markus 835.“Sebab hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian.” Lukas 1223.“Kata Petrus kepada-Nya “Tuhan, mengapa aku tidak dapat mengikuti Engkau sekarang? Aku akan memberikan nyawaku bagi-Mu!”” Yohanes 13 hidup Allah Bapa adalah hidup yang kekal zoe. Hidup manusia berdosa adalah hidup yang fana psuche. Sebagai Anak Allah secara lahiriah, Yesus Kristus mewarisi hidup kekal zoe . Adam juga diciptakan lengkap dengan hidup kekal zoe sebelum kejatuhan-nya, tapi karena Adam hanyalah anak Allah yang diciptakan—tidak dilahirkan oleh Bapa, maka Adam tidak mewarisi hakikat dan otoritas yang sama dengan Yesus Kristus. Rasul Paulus memberi perbedaan yang jelas antara Adam manusia yang pertama dan Yesus Kristus sebagai Adam manusia terakhir“Seperti ada tertulis "Manusia pertama, Adam menjadi makhluk yang hidup", tetapi Adam yang akhir menjadi roh yang menghidupkan.” 1 Korintus 15 bahwa, Adam yang pertama diciptakan untuk menjadi seorang makhluk hidup. Tetapi Yesus Kristus, dalam inkarnasinya menjadi manusia, memiliki roh yang mampu memberikan hidup kepada kita. Yesus mengatakan hal yang sama, bahwa Dia adalah hidup itu Yohanes 146. Kata hidup dalam Yohanes 146 ini adalah kata Zoe G2222 yang berarti hidup kejatuhan Adam, tidak seorang manusiapun yang memiliki hidup kekal zoe lagi. Kita semua mewarisi hidup yang fana psuche sebab hidup kita sudah terputus dari Sumber hidup kekal zoe Bapa. Dan inilah misi utama Kristus ketika Dia datang ke planet bumi ini; yaitu menyambung kembali hidup fana psuche kita kepada hidup kekal zoe Bapa seperti sebelum kejatuhan Adam yang pertama di Taman yang penting di sini adalah; kelahiran Yesus Kristus secara literal atau harafiah itulah yang membuat Dia memiliki hakaikat hidup yang SETARA atau SAMA dengan Bapa, yaitu hidup kekal psuche, dan otoritas yang setara dengan Bapa, sebab Dia juga adalah Allah di dalam sifat dasar-Nya. Dia berkuasa memberi kehidupan kekal zoe yang sama kepada siapa saja yang percaya kepada-Nya sebagai Anak yang benaar-benar lahir dari Allah Bapa Yohanes 633,51; 315-16,36. Dia adalah Allah dalam hakikat dasar-Nya, tetapi dalam pribadi, Dia adalah Anak Allah Untuk pelajaran mendalam, klik tautan berikut “Yesus Kristus Adalah Allah”. Dalam rencana penebusan manusia, Yesus Kristus rela memberi nyawanya untuk mati, pada saat yang sama, dia juga memiliki otoritas untuk menerima kembali nyawa-Nya dari Bapa. Hal ini dapat terjadi oleh karena Dia adalah Anak lahir Bapa.“Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku agar Aku dapat menerimanya kembali. Tidak seorangpun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa menerimanya kembali. Inilah firman yang Kuterima dari Bapa-Ku.” Yohanes 1017-18 diterjemahkan dari KJV.Allah Bapa itu kekal 1 Timotius 117. Allah Bapa sebagai sumber hidup kekal zoe tidak dapat mati. Kristus adalah Anak Allah-saluran hidup kekal zoe. Sebagai Anak Allah, Dia dapat mati dengan cara berinkarnasi. Inkarnasi adalah pernyataan kasih Bapa yang terbesar dan tertinggi dalam rencana penebusan umat manusia. Yesus rela menanggalkan hidup kekal zoe-Nya, dan datang ke bumi ini, lahir dari seorang ibu manusia dan mewarisi hidup fana psuche agar Dia dapat menyerahkan sekaligus mengakhiri hidup fana psuche ini. Ayat-ayat berikut menggambarkan hidup yang fana psuche yang Yesus warisi dari ibu-Nya dalam inkarnasi-Nya.“Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."” Matius 2028.“Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."” Markus 1045.“Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” Yohanes 15 rela menanggalkan hidup kekal-Nya zoe G-2222 di dalam tangan Bapa. Segala sesuatu yang Dia lakukan di Bumi, adalah Bapa yang bekerja di dalam-Nya Yohanes 1410-11. Namun, oleh karena Dia adalah juga adalah Anak lahir Bapa, Dia tetap memiliki hakikat roh Bapa. Pelajari ayat-ayat berikut, dimana Yesus menyebut Diri-Nya sebagai Anak Manusia Matius 820; 96; 1023; Markus 210, 28; Lukas 524; 65, 22; 734 dll, tetapi pada saat yang sama, Dia juga menyebut Diri-Nya sebagai Anak Allah Yohanes 318; 523; 935; 1036 dll. Untuk pelajaran selanjutnya tentang dua kodrat hakikat Yesus Kristus, klik tautan berikut “Kemanusiaan Kristus.” Simaklah ayat-ayat berikut yang mengatakan bahwa Yesus Kristus memiliki hidup kekal Zoe-G2222“Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.” Yohanes 14.“Supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.” Yohanes 315.“Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia.” Yohaens 633. “Akulah roti hidup.” Yohanes 648.“Jawab Yesus "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati.” Yohanes 1125.“Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamupun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.” Kolose 34P e n u t u pYesus Kristus dapat mati karena Dia bukan sumber, melainkan saluran hidup kekal itu. Dia berhak untuk menyerahkan hidup kekal-NYA, dan dengan sukarela berinkarnasi mewarisi hidup yang fana ibu-Nya agar Dia dapat mengakhiri hidup fana itu, dan menjadi saluran hidup kekal bagi manusia. Jadi, yang mati di kayu Salib itu adalah Anak Manusia dan Anak Allah di dalam satu tubuh. Semoga anda dapat melihat betapa PENTINGNYA doktrin dasar yang Yesus Kristus pesankan kepada para murid-Nya itu bahwa Dia adalah benar-benar Anak Allah yang hidup itu. Yolanda 01 Mei 2021 SifatWajib bagi Allah (20 sifat) Wujud (Ada) - ﻭﺟﻮﺩ Adanya Allah itu bukan karena ada yang menciptakan-Nya, tetapi Allah itu ada dengan zat-Nya sendiri. Qidam (Dahulu/Awal) - ﻗﺪﻡ Sifat Allah ini menandakan bahwa Allah sebagai Pencipta yang lebih dulu Ada daripada semesta alam (yang Dia
NilaiJawabanSoal/Petunjuk FANA Tidak Kekal 4 Huruf SURI Mati ... mati sesaat lalu hidup lagi NDAKKENA Orang apa yang ditembak nggak bisa mati KECOAK Salah satu hewan yang bisa mati kalau disemprot Baygon NARKOBA Kamu bisa dipenjara jika memakai ini TETAP ...g masa, terus; 4 a abadi, abid, baka, baki, daim, kekal, langgeng, lestari; ant 1 berubah; 4 fana ; - hati 1 keras hati, kuat, tabah, teguh; 2 kukuh... KURSI 1 tempat duduk yang berkaki dan bersandaran; 2 ki kedudukan dalam parlemen, kabinet, pengurus, dsb; - empuk ki kedudukan yang enak sebagai menteri... VIRUS Makhluk hidup yang sangat kecil mikroorganisme yang tidak dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop biasa hanya dapat dilihat dengan menggunakan ... HUTANG Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan DUNIA Segala yang bersifat kebendaan, yang tidak kekal HANTU Roh jahat yang dianggap terdapat di tempat-tempat tertentu; rupanya seperti -, ki rupanya sangat buruk; disapa - ki demam sepulang berjalan-jalan... SUMUR Perigi, sumber; - bor artesis; - buta sumur mati; ABADI Kekal TEWAS Mati SAMAD Abadi, kekal MODAR Mati KOIT Mati RACUN Bisa MAMPUS Mati DAPAT Mampu; bisa BANGKAI Hewan mati TIREN Mati kemaren BAAL Mati Rasa AJAL Maut; Mati JENAT Sudah mati
Alkitabmengatakan bahwa kita dapat meyakini bahwa kita memiliki hidup yang kekal jika kita percaya kepada Yesus sebagai penyelamat kita! "Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya. Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak
“Apakah benar umat Nasrani percaya Isa sebagai Allah mati tersalib? Bukankah Allah tidak dapat mati?” Ini adalah pertanyaan yang sering ditanyakan oleh umat Islam. Kadang ada istilah yang terasa membingungkan. Sebenarnya umat Islam dan Nasrani setuju Allah tidak dapat mati. Mari kita lihat pengertian sebenarnya dari hal ini. Pemahaman ini akan membuat Anda mengerti juga kasih Allah bagi manusia. Pandangan Isa Sebagai Kalimatullah Untuk mengerti pembahasan ini, mari kita mulai dari dasar. Kita perlu mengerti Isa sebagai Kalimatullah. Umat Islam percaya Isa adalah Kalimatullah. “. . . Sesungguhnya Al Masih, Isa putra Maryam itu, adalah . . . kalimat-Nya kalimatullah yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan dengan tiupan roh dari-Nya” Qs 4171. Hal yang sama tertulis pada Hadits. Beberapa contohnya adalah Hadits Anas ibnu Malik hal. 72 dan Hadits Shahih Al-Bukhari No. 3180. Umat Nasrani percaya kepada Kitab Allah, yaitu Injil. Di dalamnya, menyatakan Isa adalah Kalimatullah Kalimat/ Firman Allah. “Pada mulanya adalah Firman [Kalimatullah, Isa Al-Masih]. Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah” Injil, Rasul Besar Yohanes 11. Injil menyatakan bahwa Allah dan Firman-Nya adalah satu. Tidak mungkin keduanya terpisah. Inilah konsep Tauhid sebenarnya. Karena itu umat Nasrani percaya Isa adalah perwujudan kebenaran Allah bagi manusia. Ia berwujud manusia namun hakekat-Nya Ilahi. Memang pribadi Isa sangat istimewa dalam Al-Quran. Ia lahir dari perawan Qs 347, Ia pribadi yang suci dan juga penuh mukjizat Qs 349. Bahkan Isa satu-satunya yang seperti Allah mengetahui kiamat Qs 355. Tidak ada nabi lainnya tergambarkan seperti ini. Jelas karena Isa adalah perwujudan Kalimatullah. Ia bukan manusia biasa. Setelah mengerti ini maka kita bisa menjawab pertanyaan selanjutnya. Jika Isa adalah Kalimatullah, mengapa bisa mati tersalib? Karena jelas Allah tidak dapat mati. Mari kita lihat penjabarannya. Allah Tidak Dapat Mati, Demikian Juga Kalimat-Nya Umat Nasrani percaya Isa adalah perwujudan Kalimatullah. Karena itu Ia tidak dapat mengalami kematian kekal. Kematian Isa di kayu salib hanyalah masa sesaat Ruh Allah meninggalkan tubuh fisik-Nya. Untuk menyatakan bahwa memang “upah dosa ialah maut” Injil, Surat Roma 623. Dosa membuat manusia jauh dari Allah. Namun Allah adalah sumber hidup. Karena itu Kalimatullah bangkit. Ia menjadi pernyataan kuasa Allah bagi kehidupan manusia. Umat Islam bisa mengerti hal ini dengan mudah. Ada beberapa dalil dalam Islam yang dapat membantu pemahaman. Umat Islam mengetahui bahwa kematian hanyalah masalah jasmani. Ruh manusia tetap hidup bahkan setelah tubuhnya meninggal Qs 8927-28. Demikian juga Isa sebagai Kalimatullah tetap hidup. Umat Islam percaya bahwa Al-Quran hakekatnya adalah kekal. Tidak dapat dimusnahkan. Memang ada kitab Al-Quran berupa kertas dan tinta. Namun ada kitab suci Al-Quran yang abadi bersama Allah. Jika rumah seorang Mukmin terbakar, ia bisa saja kehilangan kitab Al-Quran. Namun bukan berarti Kalimatullah abadi musnah karena hal tersebut. Demikian juga Isa sebagai Kalimatullah adalah kekal. Ia tidak akan musnah karena penyaliban. Hanya tubuh fisik-Nya yang mengalami kematian. Namun setelah itu, Allah membangkitkan tubuh jasmani Isa. Hal ini menyatakan kemenangan Kalimatullah atas dosa dan maut. Jadi, umat Nasrani percaya Allah tidak dapat mati. Penyaliban Isa tidak menghancurkan Kalimatullah. Allah mengijinkan peristiwa itu terjadi karena Ia memiliki tujuan tersendiri. Jika demikian, apa alasan Kalimatullah menjadi manusia lalu mati tersalib? Kasih Allah Untuk Manusia Sangat Besar Allah mengerti bahwa manusia penuh dosa. Tidak ada yang bisa memenuhi semua hukum Allah. Akibat utama dari dosa adalah maut, yaitu hukuman kekal di neraka. Karena itu Allah memberikan Isa sebagai perwujudan Kalimat-Nya. Tujuannya untuk menjadi panduan manusia agar bisa selamat. Manusia bisa hidup bersama Allah di surga. “Tetapi Allah menyatakan kasih-Nya kepada kita ketika Kristus [Isa Al-Masih, Kalimatullah] mati untuk kita pada waktu kita masih orang berdosa. . . kita didamaikan dengan-Nya melalui kematian Anak-Nya, . . . kita akan diselamatkan juga melalui hidup Kristus” Injil, Surat Roma 58-10. Anda mungkin bertanya, bagaimana Allah yang Maha Besar perlu melakukan hal ini. Mengapa Ia perlu turun langsung menolong manusia? Kita bisa mengerti dari gambaran seorang raja besar yang sangat mengasihi anaknya. Satu saat ia melihat anaknya tenggelam dalam lumpur. Bukankah raja tersebut akan rela terjun langsung ke lumpur untuk menyelamatkannya? Raja tidak akan peduli dengan semua gengsi dan kedudukannya. Ia juga tidak menghiraukan kotornya lumpur tersebut. Bahkan walaupun ada pegawai yang ikut menolong, tetap saja sang raja mau menyelamatkan langsung anaknya. Demikian juga kasih Allah kepada manusia sangat besar. Ia melihat manusia tenggelam dalam lumpur dosa. Itulah alasannya Kalimatullah menjelma menjadi manusia. Untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mari Menerima Kasih Allah! Isa adalah perwujudan Kalimatullah. Ia adalah jalan Allah untuk manusia menerima kasih Allah dan beroleh selamat. Jika Anda mengimani dan menjadi pengikut Isa maka Allah akan mengampuni dosa Anda. Allah akan menuntun hidup Anda melalui Kalimatullah sampai nanti masuk surga. Inilah tanda kasih Allah yang terbesar bagi manusia. “Allah menyatakan bahwa Ia mengasihi kita dengan mengutus Anak-Nya [Isa Al-Masih] yang tunggal ke dalam dunia supaya kita memperoleh hidup melalui Anak-Nya itu” Injil, Rasul Besar 1 Yohanes 49 BIS. Mari mengimani Isa, sang Kalimatullah untuk menerima kasih Allah. Lihat artikel ini dalam bentuk video [Isa dan Islam – Rindukah Saudara Pembaca mengalami keselamatan dan hidup kekal? Kami mengundang Saudara menyelidiki konsep keselamatan dari dosa lebih mendalam. Jika Saudara berdoa dengan hati tulus, maka Roh Allah akan memimpin Saudara. Jika ada pertanyaan, kiranya Saudara mengemail Staff, Isa dan Islam.] Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Allah Dapat Mati, Bagaimana Mungkin? Tuhan Tidak Bisa Mati!” ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. atau SMS/WA ke 0812-8100-0718 SifatSifat Mustahil bagi Allah. Sifat Mustahil Bagi Allah artinya Sifat Yang Tidak Mungkin ada pada Allah Swt. Sifat Mustahil Allah merupakan Lawan Kata/Kebalikan dari Sifat Wajib Allah Berikut dibawah ini adalah 20 sifat-sifat mustahil bagi Allah SWT: 'Adam - ﻋﺪﻡ. artinya tiada (bisa mati) Huduts - ﺣﺪﻭﺙ. A. al-Muqaddim B. as-Samad C. al-Baqi D. al-Muqtadir22. Peristiwa hancurnya alam semesta beserta isinya merupakan....A. macam-macam hari akhir B. tanda-tanda hari akhir C. makna hari akhir D. hikmah percaya pada hari akhir23. Disebutkan dalam al-Qur’an tentang kejadian hari Akhir adalah merupakan ....A. tanda-tanda hari akhir B. nama kiamat sughroC. hikmah percaya pada hari akhir D. contoh terjadinya hari Akhir24. Peristiwa terjadinya hari akhir disebutkan dalam al-Qur’an yaitu surat ....A. al-Kafirun B. al-Qari’ah C. al-Ma’un D. al-Fil25. Hancurnya alam disekitar kita antara lain gempa bumi, tsunami dan gunung Meletus merupakan bentuk kiamat ....A. besar B. kubroC. sughro D. agung26. Tempat berkumpulnya manusia setelah dibangkitkan pada hari kiamat adalah ....A. padang pasir B. padang mahsyarC. padang arafahD. neraka27. Banyak ulama yang wafat, maksiat merajalela dan ilmu agama dianggap tidak penting, kalimat tersebut merupakan ….A. tanda-tanda hari kiamatB. hikmah hari kiamatC. macam-macam hari kiamatD. makna hari kiamat28. Perilaku laki-laki menyerupai perempuan dan perempuan menyerupai laki-laki merupakan ….A. hikmah hari akhirB. tanda-tanda hari akhirC. makna hari akhirD. macam-macam hari akhir29. Mempercayai adanya hari ahir merupakan rukun iman yang ke ….A. 3B. 4C. 5D. 630. Di bawah ini yang bukan hikmah mempercayai hari akhir adalah ….A. bersikap jujur, disiplin dan tanggung jawabB. bertambah yakin kepada kekuasaan AllahC. menunda nunda amal kebaikanD. bertambah semangat beribadah​
Antaramazmummah utama yang menghilangkan bahagia di hati ialah : 1. Pemarah paling mudah dikesan atau dilihat dan paling banyak di dalam diri manusia. Orang seperti ini jarang mendapat kawan dan hati tentunya tidak tenang. 2. Pendendam tersembunyi iaitu ibarat mengumpul lahar di dalam dada.
Sebelumnya sudah dibahas tentang sifat Qidam yang pasti dimiliki oleh Tuhan. Semua yang mengklaim dirinya Tuhan, haruslah sudah ada tanpa awal mula; dan apabila tidak demikian maka dapat dipastikan bukan Tuhan. Selain harus ada tanpa awal permulaan, keberadaan Tuhan juga pasti wajib ada tanpa akhiran, atau dengan kata lain kekal selamanya tanpa batasan waktu. Apabila ada yang mengklaim dirinya Tuhan atau diklaim sebagai Tuhan tetapi tidak kekal, maka dapat dipastikan bahwa sosok tersebut bukan Tuhan. Dari mana kita tahu bahwa Tuhan itu pasti dan harus kekal? Pada kajian sebelumya sudah dibahas bahwa segala kejadian di alam semesta ini tidak ada yang kebetulan atau terjadi dengan sendirinya. Setiap penciptaan atau perubahan dari satu hal menjadi hal lainnya sudah pasti hanya dapat terjadi dengan peran pihak yang menciptakan dan mengubahnya. Jadi, selama di alam semesta ini ada penciptaan dan ada perubahan apa pun, maka di ujung semua itu bisa kita pastikan ada Tuhan yang mengontrol semuanya. Detail tentang kontrol Tuhan ini akan kita bahas pada kajian sifat berikutnya. Sifat kekekalan Tuhan dalam ilmu kalam disebut dengan istilah Baqa' atau sifat selalu ada. Alasan mengapa sifat ini harus ada pada diri Tuhan adalah sebab kebalikan sifat ini, yaitu sifat Fana, adalah hal yang mustahil bagi sosok Tuhan. Tuhan adalah pokok semua kehidupan, pokok semua design, pokok semua peristiwa sehingga tidak mungkin Tuhan tidak kekal. Bila Tuhan mati atau bisa mati di masa depan, maka berarti dia punya kekurangan yang fatal yang membuatnya tidak layak disebut Tuhan. Kemustahilan sifat fana ini memastikan adanya sifat kekal bagi Tuhan. Bila ada yang bertanya bagaimana bisa ada sesuatu yang kekal sedangkan kita menyaksikan seluruh hal di dunia ini fana? Jawabannya adalah Segala sesuatu yang kita saksikan adalah makhluk atau hal-hal yang punya awalan muhdats, sedangkan Tuhan adalah Sang Khaliq yang menjadi pencipta dan pengatur segala hal yang punya awalan tersebut muhdits. Bila segala hal muhdats mengalami perubahan, maka dapat dipastikan bahwa Sang Muhdits tidak mungkin mengalami perubahan. Karena tidak mengalami perubahan apa pun, maka ia kekal selamanya. Gampangnya, bila semua makhluk punya awal mula lalu berevolusi secara mikro maupun makro lalu kemudian musnah, Tuhan selaku designer semesta mustahil mengalami semua itu. Mengiaskan antara makhluk dan Tuhan merupakan kesalahan fatal sebab apa yang terjadi pada makhluk tidak harus terjadi pada Tuhan. Bila mau dianalogikan dengan kasus yang lebih simpel, kita dapat mengandaikan bahwa semesta ini adalah siaran televisi. Posisi Tuhan dalam hal ini adalah stasiun pemancar siarannya sedangkan posisi makhluk adalah pesawat televisinya. Pesawat televisi dapat hidup dan mati kapan saja, tetapi stasiun pemancarnya harus selalu menyala. Apabila stasiun pemancarnya mati, maka seluruh siaran televisinya juga akan mati. Ketika siarannya masih dapat terlihat, itu artinya stasiunnya masih menyala. Meskipun tidak sama persis, dari contoh sederhana ini dapat dipahami bagaimana relasi antara Tuhan dan makhluk. Selama makhluk ada, itu artinya ada Tuhan yang merawatnya dan menghendakinya tetap ada. Makhluk bisa saja mati kapan saja, tetapi Tuhan tidak mungkin pernah mati atau tidak ada sebab dialah sumber dari segala keberadaan. Penjelasan rasional di atas sudah cukup untuk membuktikan bahwa Tuhan itu pasti kekal kepada pihak yang tidak mempercayainya. Adapun bagi orang mukmin, sifat kekal Allah ini dapat dibaca pada ayat berikut وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ [الرحمن 27] Artinya, "Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan." QS Ar-Rahman 27. كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ [القصص 88] Artinya, "Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Miliknyalah segala penentuan, dan hanya kepadanyalah kalian dikembalikan." QS Al-Qashash 88. Berbeda dengan sifat Qidam yang hanya boleh dimiliki Tuhan saja, sifat kekal ini juga bisa dimiliki oleh makhluk , namun tentunya hanya dengan izin dan kehendak Tuhan tersebut. Hal ini karena sifat kekal ini berhubungan dengan kehendak Tuhan untuk membiarkan makhluknya tidak mati. Selama Tuhan berkehendak makhluk tertentu tidak mati, maka makhluk itu akan kekal bersamanya. Dari berbagai ayat dan hadis kita tahu bahwa ada banyak hal yang kekal seperti surga beserta seluruh isinya adalah kekal dan neraka beserta seluruh isinya juga kekal. Semua makhluk pasti punya awal mula tetapi soal punya akhir atau tidak itu terserah Sang Khaliq yang menciptakan dan merawatnya. Jadi, meskipun sama-sama bisa kekal, namun kekekalan Tuhan dan makhluk berbeda jauh. Kekekalan Tuhan terjadi karena diri-Nya sendiri sedangkan kekalnya makhluk terjadi karena dikehendaki oleh Tuhan. Kekalnya Tuhan ada tanpa awal mula sedangkan kekalnya makhluk mempunyai permulaan. Kekalnya Tuhan sama sekali tidak bisa berubah menjadi fana, sedangkan kekalnya makhluk bisa saja pada akhirnya diubah menjadi fana bila Tuhan menghendakinya. Yang terakhir ini dialami oleh Iblis yang dikekalkan hingga hari kiamat nanti lalu pada akhirnya akan dimatikan bersama seluruh makhluk lainnya. Ustadz Abdul Wahab Ahmad, Peneliti Bidang Aqidah di Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Pengurus Wilayah LBM Jawa Timur.
.
  • yzghrz061x.pages.dev/995
  • yzghrz061x.pages.dev/188
  • yzghrz061x.pages.dev/416
  • yzghrz061x.pages.dev/992
  • yzghrz061x.pages.dev/39
  • yzghrz061x.pages.dev/174
  • yzghrz061x.pages.dev/483
  • yzghrz061x.pages.dev/707
  • yzghrz061x.pages.dev/555
  • yzghrz061x.pages.dev/390
  • yzghrz061x.pages.dev/469
  • yzghrz061x.pages.dev/180
  • yzghrz061x.pages.dev/357
  • yzghrz061x.pages.dev/56
  • yzghrz061x.pages.dev/876
  • tidak kekal bisa mati